Saturday, November 29, 2008

Honda XL700Translap Ramah Lingkungan Ganas Segala Medan

Dari modelnya, Honda XL 700V Transalp 2008 dilahirkan untuk menembus segala medan. Kalau lebih diteliti lagi, motor yang mengusung mesin 680 cc ini diutamakan untuk menerjang jalanan off-road. Karena, tongkrongannya saja sangat tinggi dan ini diakui si pemiliknya, Alexander Lunardi yang harus menjinjit kalau menaikinya.

Ciri khusus motor off-road tampak dari body protectornya. Tidak Cuma tangki bahan bakar yang separuh ke depan dilindungi oleh tameng yang membentuk hurup “V” agar pas dengan posisi dengkul. Ujung tameng (ke bawah) ini menyatu dengan pelindung bagian bawah mesin.

Saat bermanuver di jalanan bebatuan, usah takut bagian mesin penyok dihantam batu. Kalau pun harus melewati jalanan penuh rerimbunan pohon, kesepuluh jari tangan sudah dilindungi.

Bila ayunan motor dirasa terlalu keras atau kelewat empuk, sokbreker belakang bisa diatur dengan gampang. Melalui celah kecil di bodi samping kiri, bisa memasukkan obeng min dan memutar sesuai yang diinginkan. Putar ke atas untuk lebih keras dan ke bawah untuk lebih soft.

Asyiknya, XL 700V ini dilengkapi teknologi canggih. Karena tenaganya yang gede, sistem penghenti laju tak Cuma mengandalkan rem cakram semata. Di mana untuk depan cakram ganda plus belakang juga cakram, tapi dilengkapi dengan teknologi ABS (antilock braking system). “Kalau sudah ABS p-asti tenang deh melintas di jalanan jelek,” terang pemilik Bintang Motor, dealer Honda, ini.

Yang dibanggakan sang pemilik, selain bentuk, sekalipun tenaga besar namun motor ini ramah lingkungan lantaran sistem bahan bakarnya injeksi. Tak Cuma itu, pada motor ini ada kotak dekat lengan ayun (swing arm) yang menjadi tempat sel-sel katalisator yang bisa mengurai atau mengurangi gas berbahaya seperti CO, HC dan NO. Rancanngan ini untuk memenuhi standar Euro3.

Jangan coba-coba memalsukan kunci Honda Transalp ini. Pasti nggak bakal jalan karena dilengkapi teknologi Honda Ignition Security System (HISS). “Adanya sensor antara anak kunci dengan rumahnya, sehingga kalau dijiplak sekalipun nggak bakal jalan motornya,” cerita Lunardi. Canggih ya? (Nurfil)

SPESIFIKASI TEKNIK
Mesin : 4-Tak 8 valve SOHC 52° V-Twin
Diameter x langkah : 81 mm x 66 mm
Kompresi : 10:1
Kapasitas : 680 cc
Sistem bahan bakar : PGM-FI
Kapasitas tangki : 15,5 liter
Kopling : Basah, multiplate
Transmisi : 5 tingkat
Gear Ratio : (1) 2,500 (35/14)
(2) 1,722 (31/18)
(3) 1,333 (28/21)
(4) 1,111 (30/27)
(5) 0,961 (25/26)
Wheelbase : 1.515 mm
Panjang : 2.250 mm
Tinggi : 1.305 mm
Ground clearance : 177 mm
Ban depan : Bridgestone 100/90-19
Ban belakang : 130/80-17

Ayo, Tebak. Apa Merek Motor Ini?

Tidak ada lagi identitas untuk mengenali, apa merek motor ini? Biasanya, sekalipun dimodifikasi ekstrem, dari blok mesin bisa ketahuan. Atau lampu depan, tapi malah mirip Ducati Monster. Semua ciri itu sudah lenyap .

Fairing yang benar-benar menutupi seluruh bodi, nggak hanya setengah,” jelas Arno dan Ardi dari Amoba Fiber Planet yang bikin ide edan ini. Bentuknya yang mirip motor balap ini menggunakan bahan fiber yang terinspirasi dari Honda CBR400. Ayo, tebak lagi dari sisi yang mana?

Ketika Arno dan Ardi ditanya, “Idenya saja sih. Semua dicustom ulang demi menyesuaikan bentuk buritan yang murni ide sendiri,” jawab Arno. Seperti fairing depan yang besar, ternyata terdiri dari 3 sambungan agar mudah dalam proses pembuatannya.

Diakui oleh Arno kalau sosok motor terlihat nggak optimal. Namun ia menjamin saat dibesut tetap stabil walau cover gede begitu. “Tetap tabil karena memperhatikan lekukan dan dibuat juga lubang udaranya,” tegas Ardi.

Kisi-kisi udara di samping yang cukup lebar untuk meminimalisir turbulensi udara. Selain mempermanis tampilan secara keseluruhan. Termasuk aliran udara ke mesin supaya tidak overheat lantaran tidak memakai radiator layaknya motor sport moge.

Bodi yang gambot tentu harus disesuaikan dengan kaki-kaki subur juga. Ini memang dipahami oleh kedua Arek Malang ini. Supaya kelihatan besar, “Sokbreker standar yang depan ditutup pakai kondaom dari bahan fiber. Jadinya kan lebih gendut,” cerita keduanya.

Sementara pelek, keduanya mengaku buat sendiri alias custom. “Ngerol besinya harus benar supaya jalannya lurus. Yang penting tapaknya lebar,” cerocos Arno. Sayang, desain joknya ala sofa, kurang pantas dengan bentuk bodi. “Malah sekarang jadi nggak cocok buat balap, ya,” aku Ardi.

Namun dari hasil karya Arno dan Ardi ini yang patut diacungi jempol adalah pemilihan cat dan grafis. Sadar kalau bodi motor bongsor, maka warna dasarnya dipilih putih. Ditambah coretan airbrush maka efek gendut tadi kian dieliminir lagi.

Tapi, ngomong-ngomong, merek motor apa? Supaya nggak penasaran, Honda Mega Pro 2003.

DATA MODIFIKASI
Ban depan : Duro 110/60-17
Ban belakang : Batlax 190/50 x 17
Pelek depan : Hand made
Pelek belakang : Hand made
Sok depan : Custom
Sok belakang : YSS
Swing-arm : CBR400
Karburator : RX-King
Amoba Fiber Planet : 0856-357-6002

Bikin Cahaya Lampu Motor Stabil

Hampir semua motor jenis bebek atau skubek, penyinaran lampu utamanya tidak stabil. Cahayanya tergantung putaran mesin. Makin tinggi putaran mesin, kian terang sorotannya. Bisa begitu lantaran pakai sistem semi-DC, yakni kabel keluar dari sepul terbagi jadi 3 bagian. Masing-masing ke massa, lampu dan aki.

Ssistem penerangannya diambil langsung dari sepul. Sehingga, nyala lampu mengikuti naik-turun putaran (rpm) mesin.

Beda dengan jenis sport, banyak yang mengaplikasi full DC. Kabel dari sepul keluar hanya dua dan semuanya masuk ke regulator pengisian. Makanya, sekalipun mesin mati, asal kontak masih “ON” lampu tetap menyala karena arus listrik untuk lampu diambil langsung dari aki. “Secara safety, di jalan jelek malam hari dengan rpm rendah, lampu tetap terang,” tegas Arthur Wulur, punggawa bengkel VRT di Bintaro, Jakarta Selatan.

Cara seperti di motor sport pernah dipraktikkan pada bebek dan skubek, tapi muncul keluhan, aki jadi tekor.”Karena tidak mengubah sistem kerja pada sepul dan regulator,” ungkap Sinyo, Arthur biasa disapa. Ia pun coba mendesian regulator sendiri dan sudah dipakai pada banyak bebek, hasilnya tidak ada masalah.

Jadi, di sini Sinyo mengubah pengapian dari semi-DC menjadi full DC. “Ditambah ubahan pada sepul agar lebih banyak menopang kebutuhan regulator,” papar Sinyo. Dan sepul mau kuat supportnya ke regulator, diameter kawat gulungannya diubah dari 1 mm menjadi 1,5 mm atau lebih.

Logikanya, aki diibaratkan bak mandi, sedang regulator jadi keran yang menyuplai air ke bak. Sementara cahaya ibarat gayung yang menimba air. Jadi, jika kucuran airnya deras, digayung banyaknya, cadangan air tak bakalan habis.

Dengan model full DC, kata Sinyo, selain lmapu jadi stabil, kebutuhan arus listrik ke CDI juga makin stabil. “Banyak yang ngomong motor jadi tambah enak, meski CDI nggak diganti,” bangga Sinyo yang menjual satu paket regulator bikinannya plus sepul seharga Rp 350 ribu. Yang ingin membeli atau mengubah lampu motor bisa mkontak Sinyo di (021) 99534907.

Yamaha Nouvo Mesin Ganda

Biasanya, motor dimodifikasi menjadi tiga roda, tak lain lantaran si pemilik mengalami cacat fisik. Seperti polio atau salah satu kaki atau kedua-duanya diamputasi.

Namun tidak demikian halnya dengan Dadang Firmansyah terhadap Yamaha Nouvo 2006 miliknya. Juragan Bad The Gonk Modified memodifikasinya, selain rodanya tiga, motor berlambang garputala bertransmisi otomatis itu mengusung dua mesin.

“Supaya terlihat ekstrem. Kami ogah modif hanya tempelan variasi doang,” tegas Dadang. Uniknya, dapur pacu yang menempel di sasis baru itu punya merek yang berbeda pula, yakni Nouvo dan Mio, sama-sama dari Yamaha.

Karena harus membawa dua mesin, mau tak mau sasis dipermak. Di sini Kang Dadang memakai pipa ukuran ¾ inci. Pipa ukuran cukup besar itu, kata pria yang bengkelnya terletak di Jl. Utama No.40, Cicaheum, Bandung, Jawa Barat ini nggak hanya di belakang tapi juga sampai menjalar ke depan.

Fungsi pipa itu menjadi sasis baru. Untuk bagian belakang, selain menggendong mesin, juga menjadi pegangan sokbreker. Kemudian lengan ayun belakang juga diubah. Desainnya menyerupa hurup “V” ganda, selain menjadi pegangan as roda juga buat membaut sepatbor.

Untuk mengoperasikan kedua mesin yang dipusatkan pada satu titik di grip seteng sebelah kanan, Dadang mengandalkan grip gas dari Yamaha RX-King. Pilihan itu karena memiliki dua kabel yang bisa untuk dua mesin.

Ketika dibawa jalan, laju Nouvo melesat stabil. “Nggak ada efek ketarik ke kiri atau ke kanan. Itu rahasia kita,” bangga Kang Dadang. Untuk tangki bahan bakar, tetap satu. Desain knalpot dibikin model motor baheula (zaman dulu) seperti Norton.

Keunikan lainnya, tampak pada setang. Dadang memilih model seperti sepeda. Puaskah, Dadang? Ternyata, setelah ini, Nouvo tersebut masih mau dirombak lagi dengan menambah satu mesin lagi.

Memangnya kurang kencang, Dang! Ternyata penambahan itu untuk mundur. Bener-bener ekstrem.

Motor Bebek Mau Aman Terjang Banjir

Musim hujan berkepanjangan - turun setiap hari, bisa pagi, sore atau malam - tampaknya sudah mulai datang. Paling tidak mengenakkan dialami pengendara sepedamotor bila siraman air dari langit jatuhnya pagi saat hendak pergi kerja. Kalau sekadar hujan saja mungkin bisa diatasi dengan memakai jas khusus.

Repotnya, hujan menyebabkan banjir. Tingginya tidak kepalang tanggung, bisa sampai sebatas dengkul orang dewasa. Untuk pemilik motor jenis bebek - bukan skubek ya - ini ada tips ringan mencegah motor tidak mogok kala menerjang banjir.

Balik Standar
Bagian-bagian yang dilepas, seperti pelindung kaki (tameng) dipasang kembali. Atau bodi yang sudah dimodifikasi, semisal sepatbor depan dan belakang, balikkan ke standarnya. Begitu juga mesin, tenaga yang besar (akibat sudah dimodifikasi) bisa membuat roda belakang spin. Kalau gejala itu berlangsung saat menikung, bisa-bisa terjatuh.

Tekanan Angin Ban
Saat musim hujan begini, pemakaian ban jenis semi-slick kurang tepat. Daya cengkerem kurang gigit dan sebaiknya kembali menggunakan ban standar, baik depan maupun belakang. Sebelum jalan - bila kondisi jalan basah (bertepatan hujan) - periksa tekanan angin ban. Pastikan tidak melewati ukuran standar, malah dikurangi 1-2 psi agar permukaan ban minimal 70% menapak ke aspal.

Lindungi Busi
Untuk mencegah agar busi tidak terendam air, lindungi dengan plastik akrilik dengan memanfaatkan sisi kiri dan kanan tameng sebagai peganggannya. Mulai dari bagian paling bawah tameng menutupi blok mesin. Agar plastik tidak koyak - karena terkena tekanan air, trus membentur kepala silinder - bagian atas dan bawah dikasih triplek atau bisa juga bambu. Boleh dilem atau diikat dengan kawat halus.

Untuk menempelkan plastik akrilik ke tameng bisa menggunakan plakban atau solatape (bukan dari kertas) yang lebar. Ketika menerjang banjir, upayakan kecepatan rata (5 km/jam) jangan dientak-entak yang bisa membuat air masuk melepas pelindung.

Kepala Busi di Sealer
Sekalipun busi sudah dilingdungi, untuk lebih meyakinkan, sambungan kepala busi dengan kabel sebaiknya diberi cairan perapat (sealer) untuk menutupi lubang pernafasan.

Tutup plastik
Seumpama ketinggian air hampir menutupi roda, kalau mau tetap melewati, jangan mengandalkan mesin hidup. Lebih baik didorong (mesin matikan), namun sebelum menerabas lakukan langkah-langkah ini. Copot kabel busi ujungnya ditutup dengan plastik (diikat karet).

Begitu juga dengan blok dan kepala silinder. Kalau masih panas, tunggu sampai dingin, baru dibungkus dengan plastik (bila perlu berlapis ganda) dan diikat pakai karet.

Stik Oli
Periksa tongkat pengukur oli mesin dan pastikan masih rapat. Kalau sudah longgar, sebaiknya ditutup juga dengan plastik agar air tidak masuk bercampur dengan oli.

Terjang deh, tuh banjir. Jika sudah lolos, copot semua pelindung, tunggu beberapa menit agar air jatuh. Bila perlu dibantu dengan memiringkan ke kiri dan kekanan. Trus, pasang standar tengah, tekan ke belakang dan ke depan beberapa kali. Baru kemudian nyalakan mesin dan tunggu beberapa menit.

Friday, November 14, 2008

Suzuki Satria Plastik dari Pontianak

Soal modifikasi motor, Kalimantan memang terkenal aneh. Seperti Jupiter MX 135LC, bodi dibalut pakai pelat. Kini, Suzuki Satria R120 buatan 2002 dari Pontianak milik Andi Salim, bodinya memakai limbah plastic, membuat tampilan lebih gagah dan perkasa. “Seluruh bodi bebek ini menggunakan limbah bodi asli motor,” tegas Salim yang memodifikasi sendiri motornya.

Salim memanfaatkan bodi bekas dengan dibentuk ulang, sesuai desain yang sudah dirancang sebelumnya. Untuk mendapatkan bahan, ia harus berburu ke sentra loakan. Setelah terkumpul, baru dibikin model dan bentuk yang dimau.

Dipilih plastik, selain ringan, juga kuat. Cuma butuh ketelitian saat melakukan penyambungan. Di sini Salim mengnandalkan solder elektronik untuk setiap penyambungan. Memang, proses penggarapannya lumayan lama.

“Untuk seluruh bodi memakan waktu 1 bulan lebih,” papar Salim yang mengaku repot saat bikin sambungan di tekukan bodi. Untuk memperkuat bodi yang baru, di bagian belakang ditanam kawat halus agar plastik nggak meleyot.

Memang, Salim tidak memakai plastik untuk semua bodi. Seperti kisi-kisi celah angin tidak dibikin, tapi memakai punya Honda Supra X125.

Untuk proses pengecatan, terlebih dahulu didempul setelah itu baru diampelas. “Ampelas paling disambungan, sedang di permukaan lain nggak terlalu banyak masalag. Karena aslinya memang sudah halus,” beber builder yang berstatus mahasiswa jurusan manajemen Universitasa Widiadarma, Pontianak. Lain soal kalau ada baret atau luka kecil.

Setelah itu, baru deh seluruh bodi disiram cat DuPont dengan pilihan kelir silver. Hasilnya, Satria yang sudah tidak diproduksi pabriknya itu tampil lebih modern dan up to date.

Ada satu hal yang tak bisa disembunyikan dari karya tangan dingin Salim. Sebagai perokok, ia membuat tempat rokok di bodi motornya, yang bisa memuat sebanyak 12 batang. “Sebenarnya ingin dilengkapi lighter seperti di mobil, tapi belum sempat,” bilang Salim.

Boleh saja, asal jangan merokok sambil naik motor, ya.

DATA MODIFIKASI
Ban depan : Swallow 110/80-17
Ban belakang : Dunlop 150/60-17
Pelek depan : Enkei
Pelek belakang : Power
Upside down : Cagiva Mito
Sok belakang : Cagiva Planet
Footstep : VFR 800
Gas spontan : Kawasaki 1400R
Handgrip : Aprilia RS250
Silencer : Aprilia RS250
Oil cooler : Satria F-150

Yamaha Jupiter MX135LC Berbodi Pelat

Seumpama merek dan lambang garputala dihapus, yakin Anda pasti nggak bisa menebak motor apa ini. Dari depan, tampilannya mirip belalang. Sebagai clue, Yamaha Jupiter MX135LC keluaran 2007 dari Singkawang, Kalbar ini dilengkapi komponen dari dua merek kompetitornya. Trus, sebagian yang menutupi bodi bukan dari bahan fiberglass.

Urusan memodifikasi, seperti motor ini, memang jarang mengandalkan bahan fiberglass, layaknya digunakan pemodifikator. “Di sini banyak main pelat, fiber nggak laku,” komentar A Liong, pemilik Jupiter MX.

Singkawang, Kalbar tempat mangkalnya seniman pelat. Termasuk MX 135 LC milik A Liong ini menggunakan bahan pelat setelab 0,4 mm. Tak heran, pembuatan bodi tak banyak tekukan yang tingkat kesulitannya tinggi. Lebih didominasi garis lurus, missal desain jok dan cover bodi belakang.

Menekuk atau membuat bodi pelat penuh lekukan lebih sulit ketimbang patah-patah seperti pada MX 135LC ini. Lagi pula, tidak semua dibuat dari pelat. Seperti bagian tengah atau atas underbone masih mempertahankan cover aslinya. “Cuma dilapisi karbon supaya terkesan sporty.

Kaki-kaki, seperti bagian belakang mengadopsi dari Honda Tiger. “Masih jarang yang mengaplikasi punya Tiger ke bebak Yamaha,” tegas A Liong. Maksud jarang dari A Liong itu untuk di Singkawang. Lantaran bentuk swing arm besar, tentu ada bagian yang harus dibubut, terutama dekat monosok.

Pengerjaan sudah rapi, sayang desain sepatbor kurang pas dengan ukuran roda yang besar. Kesannya masih kedodoran. Selain kaki-kaki, lampu depan juga dicomot dari merek lain, Honda Vario. “Tapi di custom lagi pada bagian rumah lampu supaya membingungkan,” jelas pria yang suka mengoleksi majalah Jepang ini.

Motor-Motor Tiga dan Empat Roda Yang Unik

Perlahan tapi pasti, beberapa produsen sepedamotor mulai tertarik dengan kendaraan roda tiga malah lebih. Seperti Piaggio dengan MP3 500, lalu dari Amerika ada Can Am’s 990 Spyder Roadster dan GG Quadster dari Swiss dengan empat rodanya. Bahkan pabrikan mobil pun seperti Peugeot iseng menciptakan sepedamotor tiga roda malah dengan dua mesin yang berbeda.

Bagi yang doyan modifikasi, mungkin motor-motor bisa jadi inspirasi. Mari kita lihat seperti apa, kendaraan tersebut.

Can Am’s 990 Spyder Roadster

Bombardier selaku produsen Can Am menyuguhkan motor yang unik. Hasil rancangan Spyder itu lebih mirip jetski atau kendaraan salju. Bisda dimaklumi karena sang produsen menggandeng BRP (pabrikan Sea-doo dan Ski Doo, pembuat jetski dan snowmobile).

Fitur yang ditawarkan Spyder sedikit unik. Bagasi diletakkan di bagian hidung dan mampu membawa 2 helm fullface. Sekalipun bodi hampir selebar mobil, toh motor seharga sekitar Rp 150 jutaan ini handlingnya enteng lantaran dilengkapi electric powerassist yang membuat motor tidak terasa membuang ketika menikung atau dipacu dengan kecepatan tinggi.

Mesin Spyder yang disuplai Rotax V-Twin berkapasitas 998 cc dengan persneling 5-tingkat percepatan (satu mundur), mampu meraih waktu tercepat 4,5 detik untuk akselerasi 0-60 km/jam. Untuk kecepatan maksimum, motor yang mempunyai tenaga maksimum 106 dk pada 8500 rpm ini bisa menembus sampai 176 km/jam.

Piaggio MP3 500
Bikinan Piaggio ini cukup tangguh disegala medan. Lalu, gerakan kedua roda depan mampu mengikuti sudut kemiringan yang sama ketia berbelok. Sekalipun lingkar roda depan dan belakang beda, kemampuan manuver di tikungan tak perlu diragukan.

Seperti motor tiga roda lainnya, MP3 bikinan Piaggio yang satu produsen dengan Vespa, Gilera dan Aprilia tidak mempunyai standar samping. Pasalnya, motor bertransmisi CVT ini dilengkapi kunci hidrolis (lean-lock system) yang dapat menahan roda di satu sudut kemiringan, walau kondisi mesin tidak hidup.

Harga motor dengan mesin berkapasitas 493 cc ini sekitar Rp 86 juta. Dengan tenaga maksimum 46 dk pada rpm 7.250 bisa mencapai kecepatan maksimum sekitar 144 km/jam.


GG Quadster
Motor berkaki empat ini buatan Swiss.Basis mesin bertenaga 167 dk pada 10.250 rpm ini diambil dari motor BMW K1200S atau R-Series Boxer Twin yang ditopang pasa sasis terbuat dari aluminium. Dilengkapi transmisi mundur.

Soal handling , terutama di tikunngan, Quadster lebih baik dari Can Am karena empat rodanya. Yang pasti, setang kemudi lebih berat dengan empat roda. Namun, ketika di kecepatan rendah, setang masih mudah digerakkan ketimbang MP3.

Quadster punya warna bodi sama seperti mobil F1 Ferrari (Red Ferrari) dan ban yang cukup lebar dengan profil 245/35-18.


Hymotion 3
Perusahaan mobil Prancis PSA Peugeot Citroen menyodorkan motor tiga roda diberi nama Hymotion 3. Dari namanya, cukup jelas merupakan perpaduan dua teknologi. Yakni, dengan mesin hibrida dan bensin. Trus, rancangannya pun kombinasi motor dengan kendaraan roda empat (pakai atap).

Untuk mesin hibrida mengamdalkan motor listrik 3 kW yang diletakkan di antara kedua roda depan. Sedang yang bensin disuntik dengan supercharged bertenaga 20 dk dengan konsumsi 2 liter/100 km.

Honda-Yamaha Kuasai Pasar Sepeda Motor

Dominasi sepedamotor Honda di pasar roda dua Indonesia sampai saat ini belum terpatahkan. Dalam kurun waktu 9 bulan ini Honda mampu mencatatkan penjualan sebanyak 2.248.171 unit. Melampaui total penjualan Honda tahun lalu yang mencapai 2.141.015 unit. Sampai akhir 2008 diperkirakan Honda masih mampu menjual sekitar 600.000 hingga 700.000 unit untuk memenuhi targetnya penjualannya, total 2,8 juta unit.

Honda sampai saat ini memang masih menjadi raja di pasar sepeda motor. Kendati posisinya masih teratas dan volume penjualan terus meningkat, dari sisi persaingan Honda terus tertekan dengan pesaingnya. Bahkan, rentang penguasaan pasar Honda dengan pesaingnya, terutama Yamaha, makin menciut. Padahal, sejak era 1980-an hingga 2003, motor berlambang sayap mengepak ini, pangsa pasarnya acap di atas 50 persen.

Sementara posisi pangsa pasar Yamaha yang awalnya hanya berada di kisaran 20 persen justru mampu digenjot jauh di atas angka tersebut. Kian lama posisinya kian mendekati Honda. Namun, sayangnya laju Yamaha di pasar tertahan oleh kapasitas terpasang pabrik yang hanya mencapai 2,4 juta unit per tahun. Sementara Honda sudah mencapai kapasitas terpasang sebanyak 3 juta unit.

Sebagai gambaran, pada 2003, pangsa pasar Honda masih jauh di atas pesaingnya, yakni 56,11 persen. Sementara Yamaha hanya menguasai pangsa pasar 22,22 persen. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Yamaha memacu kinerjanya, memperbaiki strategi di pasar dan mempertajam konsep promosi serta memperkuat solidaritas dan intensitas komunikasi dengan komunitasnya.

Pada saat yang bersamaan, manajemen Yamaha juga memperbaiki kualitas produksi, termasuk meningkatkan performa teknologi mesin dari dua langkah menjadi empat langkah. Putaran mesin pun dibuat diperbaiki sehingga menjadi lebih cepat. Bahkan, untuk produk tertentu mesin motor Yamaha dilengkapi dengan pendingin air sehingga daya tahan mesin menjadi lebih kuat.

Pasar sepeda motor sport, bebek dan matik dipoles serta dibentuk untuk memenuhi segmen anak muda dan perempuan. Strategi yang dijalankan secara komprehensif itu ternyata ampuh. Pangsa pasar Yamaha pada tahun 2004 naik menjadi 22,44 persen, sedangkan pangsa pasar Honda terpangkas menjadi 52,36 persen.

Tahun 2005, pangsa Yamaha kembali naik menjadi 24,13 persen, sedangkan Honda kembali terpangkas menjadi 52,19 persen. Dalam posisi persaingan ketat di pasar karena merosotnya daya beli sebagai imbas kenaikan harga bahan bakar minyak, manajemen Honda mencoba perbaikan pemasaran. Hasilnya, pangsa pasar Honda bisa diperbaiki dan naik jadi 52,86 persen.

Ironisnya, saat Honda tengah merayap, Yamaha justru berhasil mencuri sisa ceruk pasar yang seret itu. Pada 2006, pangsa pasar sepedamotor berlambang garputala itu melompat menjadi 32,94 persen.Penurunan angka penjualan itu belum mampu menjadi wake up call bagi manajemen. Mereka masih menganggap yang teratas di industri sepeda motor.

Begitu sadar, nasi telah menjadi bubur. Pangsa pasar mereka anjlok tinggal menjadi 45,67 persen, sedangkan posisi Yamaha sudah semakin dekat menjadi 39,11 persen. Pada tahun itu angka penjualan Honda mencapai 2.141.015 unit, sedangkan Yamaha 1.833.506 unit.

Anjloknya pangsa pasar ini seolah menjadi tamparan bagi manajemen Honda. Manajemen mencoba lebih agresif, baik dalam hal inovasi produk, promosi, maupun penetrasi pasar. Bahkan, mereka melakukan revolusi pada perubahan model dan gaya serta memperkuat manajemen dengan memasukkan orang dari kelompok roda empat.

Di jenis sepeda motor bebek, misalnya, paling tidak tiga kali mereka melakukan inovasi produk selama tahun 2007 hingga 2008. Demikian juga di jenis kendaraan matik, dalam kurun waktu satu tahun lebih melakukan inovasi produk hingga dua kali, terakhir adalah New Honda Tiger.

Hasilnya lumayan. Pangsa pasar Honda sedikit membaik. Selama sembilan bulan tahun 2008, pangsa pasarnya sudah mencapai 46,29 persen, sedangkan Yamaha dengan total penjualan sebanyak 1.853.221 unit dengan pangsa 38,5 persen.

Belum selesai

Persaingan kedua pemain ini belum selesai. Masih ada sisa waktu dua bulan ke depan. Peluang bagi Honda untuk meningkatkan pangsanya masih sangat mungkin. Namun, jangan lupa, selama ini Yamaha jauh lebih jitu membuat strategi.

Terbukti di tengah situasi sulit pada tahun 2006, Honda yang memiliki kemampuan jauh lebih kuat dalam banyak hal bisa diambil sebagian pangsa pasarnya. Bagi manajemen Yamaha Jepang, Yamaha Indonesia begitu penting karena merekalah satu-satunya pabrikan di dunia ini yang pernah membuat sejarah mampu mengalahkan dominasi Honda di pasar, meski hanya beberapa bulan.

Jatuhnya harga komoditas agro, tambang, dan krisis global bisa menahan laju pasar. Biasanya dalam situasi sulit seperti sekarang, manajemen Yamaha lebih solid dan cerdik untuk mengubah tantangan menjadi peluang. Siapkah Honda menghadapi Yamaha?

Monday, November 10, 2008

Lampu Motor Anti Hujan dan Kabut

Konsep lampu ganda asimetris yang diterapkan pada Honda Tiger baru memang oke. Dalam satu batok lampu ada 2 model reflektor berikut dua bohlam. Aslinya, model lampu seperti ini punya fungsi mengatasi penurunan cahaya pada saat hujan atau berkabut.

Sayangnya, pada Tiger baru tidak seperti itu dan masing-masing reflektor bekerja sendiri. Yang besar bertugas untuk lampu dekat dan jauh, sementara reflektor satunya sebagai lampu pashing atau dim.

Berbeda sama yang dilakukan Kunto Hayadi pada Yamaha Nouvo miliknya. Kebetulan aslinya Nouvo memang sudah mengadopsi lampu ganda. Biar penerangannya nggak turun saat hujan atau berkabut, mekanik HK Custom ini hanya mengganti warna bohlam lampu.

Yang satu warna kuning bukan putih atau standar. Sebelahnya lagi diisi bohlam biru “Kalau digabung, cahanya makin terang meski agak kehijauan. Nah, warna kehijauan itu yang bikin lampu terang waktu hujan atau kabut,” beber mekanik dari Cipete Raya, Jakarta Selatan.

Menurut pria berambut gondrong itu, untuk mendapatkan bohlam lampu warna-warni gampang-gampang susah. Kelir biru, Kunto pakai bohlam aftermarket Panasonic 12 V/25-35 watt. Katanya, produk ini banyak ditemui di toko variasi motor atau mobil dan bisa ditebus dengan harga sekitar Rp 40 ribu.

“Yang susah cari bohlam lampu kuning. Kalau pun ada, kebanyakan cuma buat mobil dengan spek H4. Tapi biasanya pakai bohlam merek Wurth untuk motor. Harga sekitar Rp 90 ribu,” jelas pria yang sebenarnya ahli elektronika. Kalau mau lebih murah, silakan pakai merek Philips.

Jangan lupa pilih yang watt-nya sama dengan standar. Pemasangannya sih bebas, kedua bohlam beda warna itu bisa diterapkan ke reflektor mana aja. Yang penting beda warna.

Thursday, November 6, 2008

Inovasi dari New Honda Tiger

Ketika kompas.com menampilkan acara peluncuran New Honda Tiger kemarin (5/11), banyak yang berkomentar. Intinya, "Sayang, kok cuma ganti baju saja." Johannes Loman, Marketing Drirector PT Astra Honda Motor (AHM) menegaskan, kalau ganti mesin (250 cc) harganya akan mahal."

Walau hanya ganti baju, model yang dipakai mengikuti tren global. Boleh dibilang desain fiturnya "out of the box" atau trendsetter di kelasnya. Paling mencolok pada rancangan lampu depan yang asimetris (Asymmetric Headlight) dengan visor yang aerodinamis. Selain tampil keren dan bergaya motor gede (moge), fungsi lainnya mengarahkan pergerakan angin untuk meminimalkan tahanan udara.

Panel instrumen yang mengikuti kontur visor masih tergolong biasa. Kecuali menggunakan sistem digital, tentu turut melengkapi terobosan inovatif.

Ubahan lainnya, tampak pada tangki bahan bakar. Tampilannya lebih gagah dengan diberi pelindung pada bagian ujung yang menyatu dengan lekukan buat dengkul pengendara. Sehingga membuat bentuk tangki menjadi lebih besar dari kapasitasnya.

Selain tangki, knalpot diberi pelindung panas (muffler cover) dengan desain yang baru. Terakhir, model lampu belakang, perpaduan single bulb dan LED pada lampu berhenti yang dilengkapi multireflektor dan clear lens.

Untuk spesifikasi mesin yang berkapasitas 200 cc, 4-Tak 6 speed maupun dimensinya masih sama dengan model sebelumnya. Termasuk mesin yang ramah lingkungan dengan dilengkapi SASS (Secondary Air Supply System) sebagai standar baku Euro 2.

Tuesday, November 4, 2008

Honda Tiger Baru Hadir Besok

PT Astra Honda Motor (AHM) selaku agen tunggal kendaraan roda dua Honda akan melaunching produk barunya, Honda Tiger di EX Plaza Indonesia, Jakarta, Rabu (5/11). Dari segi dimensi dan spek mesin, motor jenis sport berkapasitas 200 cc ini masih sama dengan versi sebelumnya.

Dibanding dengan versi Revo yang diluncurkan tahun lalu, Tiger baru ini lebih slim dan macho khas motor sport tetap ada. Tak Cuma itu, tampilannya lebih futurisktik dan mengusung konsep asimetris. Sehingga memberi kemudahan dalam penglihatan.

Ubahan sensasional tampak pada lampu depan dengan desain dua unit yang saling berdampingan. Untuk lampu utama berciri bulat dan lampu jauh persegi yang semuanya mika.

Penasaran, dapatkan informasi detail besok.

Monday, November 3, 2008

Duo Low Rider Honda Vario

Nggak perlu dirombak ekstrem, dengan dimodifikasi sedang-sedang saja, tampilan skubek sudah enak dilihat. Contohnya, duo Honda Vario 2006 milik Johanes Hanafie dan Putra Suka Ananta. Keduanya punya konsep dan motif yang sama.

Keduanya sama-sama menganut aliran low rider dengan corak lidah api. Yang membedakan kelir dasar saja. Jo – sapaan karib Johanes – punya cat berwarna merah, sedang Putra berlatar belakang hijau tua.

Uniknya, keduanya tidak ada tali persaudaraan. Tinggalnya pun berjauhan, Jo - punggawa X-16 - menetap di Bekasi, sedang Putra di Jati Bening, Jakarta Timur. Kebetulan mereka sama-sama kepincut dengan gaya low rider dan sepakat Honda Vario pas dirombak low rider.

“Dibanding skubek lain, Vario stabil. Ditilik dari rangka dan bodi lebih panjang, namun juga tidak terlalu lebar dan tidak ada gejala limbung di kaki-kaki,” ujar mereka.

Trus, diubah low rider tidak banyak menyedot biaya dan waktu. Pasalnya, ruang antara posisi roda belakang standar dengan crank-case CVT standar masih lebar. Belum lagi jarak ruang antara tapak ban dengan crank-case mesin juga jauh.

Makanya, ketika diisi ban lebar 140/60-14 di pelek custom, nggak perlu lakukan ubahan di seputar crank-case. Sekalipun tanpa pasang engine mounting variasi. “Agar posisi ban belakang lurus samapa depan, engine mounting digeser ke kiri tidak lebih dari 1,5 mm. Sehingga toleransi pergeseran sokbreker asli masih aman tanpa harus ubah dudukan pegangan sokbreker dan posisi sokbreker bawaan,” jelas Jo. Itu sebabnya, kenapa Vario dimodif low rider masih enak dipakai.

Tadi, di atas sudah disebutkan perbedaan modif pada warna dasar. Sebetulnya masih ada lagi, coba lirik setangnya. Punya Putra mencomot setang ¾ dari Honda Tiger Revo. Padahal, sebelumnya ia berhasrat kalau low rider dipadu dengan chopper. Dan ide cemerlang Putra itu akkhirnya diambil Jo dengan memakai setang fatbar pada motornya.


DATA MODIIFIKASI

Vario Putra
Ban depan : FDR 80/90-17
Ban belakang : Delitire 140/60-14
Pelek : TDR & Custom Mobil
Knalpot : Custom
Spidometer : Koso
Spion : Variasi H-D


Vario Johanes
Ban depan : Comet 70/90-17
Ban belakang : Delitire 140/60-14
Pelek : Daiichi & Custom Mobil
Knalpot : Custom
Setang : Custom
Spidometer : Koso
Spion : Variasi H-D
Airbrush : Tomi Airbrush