Saturday, December 27, 2008

Saat Servis Motor, Jangan Lupa Komponen Lain

Peringatan buat pemilik motor. Bukan cuma mesin yang butuh perawatan, tetapi banyak komponen lainnya. Diperparah lagi, kalau dibawa ke bengkel, umumnya cuma servis mesin plus tambahan lain seperti setting ulang karburator, kepala silinder, dan setel kelep.

"Banyak bengkel mengerjakan sesuai dengan keluhan atau permintaan konsumen. Komponen seperti rantai, rem, shockbreaker, dan aki sering dilupakan," ujar Syahbani alias Ujang Bani, mekanik bengkel Bany Motor Sport di Jakarta Barat.

Seperti rantai, kepedulian muncul begitu merasa sudah kendur. Padahal, komponen penggerak roda belakang ini perlu dilumasi pada waktu-waktu tertentu sebab, akibat gesekan, pelumas rantai akan panas dan mengering. Belum lagi kotoran menempel. "Makanya, sebelum melumasi dibersihkan dulu rantai berikut sprocket-nya," tegas Ujang.

Begitu juga dengan rem, banyak pengendara hanya merasakan jarak main, baik yang di pedal kaki, maupun tuas tangan. Kalau kondisi rem sudah tidak menggigit, kata Peter Dionisius, Supervisor Divisi R&D Prestone (produsen minyak rem), paling minta disetel.

Padahal, minyak rem juga perlu perawatan dengan menggantinya setiap 10.000 km. Cirinya, sewaktu tuas rem ditarik atau pedal diinjak (rem belakang) terasa lembut atau keras. Itu artinya, minyak rem sudah terkontaminasi dengan air atau angin palsu.

"Jangan hanya menambah minyak rem sebab setelah dipakai, kemampuan minyak turun. Bisa karena senyawanya berubah jadi air dan udara atau tercemar debu. Walau ditambah, fungsi pengereman tidak maksimal," tambah Dion—sapaan akrab Peter Dionisius.

Selain rantai dan rem, shockbreaker juga butuh perawatan. Kebanyakan pemilik motor meliriknya jika sudah terjadi kebocoran. Padahal, tambah Dion, tanpa bocor pun pelumas shock wajib diganti karena punya usia pakai. Cirinya, ayunan sudah empuk lantaran kualitas oli encer. Disarankan penggantian oli dilakukan setiap 6 bulan sekali, tergantung juga mobilitasnya.

Untuk skubek, jangan lupa cek kondisi roller. Jika sudah peyang, motor terasa bergetar. Sekalian periksa belt CVT, biasanya bengkel resmi punya alat pengukur.

Terakhir, aki. Untuk motor yang usianya di atas lima tahun, pemeriksaan dilakukan minimal dua minggu sekali, terutama melihat ketinggian air aki. Merawat aki justru lebih mudah. "Saat memeriksa ketinggian air aki, cek juga ada jamur di sekitar kutub positif dan negatif aki. Guyurkan air panas untuk mengusirnya," bilang Sahrudin, Technical Support dari GS Battery. Ia juga menyarankan kuras aki setiap 3 bulan dan ganti dengan aki zuur dan setrum lagi.

Monday, December 22, 2008

Honda Cumi CBR 1000RR dari Depok

Dari sisi yang mana menggambarkan Cuminya? Mungkin desain fairing dan centerbone seperti tentakel pada hewan laut. Selain itu, jika dilihat dari kejauhan, Anda pasti menduga si hitam yang melesat cepat itu CBR 1000RR.

Modelnya memang CBR1000RR, “Makanya disebut Cumi (Cuma mirip),” bilang Wardoyo, builder dari rumah modifikasi Dave Motor Concept (DMC) yang menggarap motor milik Hamka dari Depok.

Basis motor itu sendiri sebenarnya Honda CBR150R buatan 2007. Menurut Wardoyo, Hamka minta dibikinkan semirip mungkin CBR 1000RR, tanpa ditambah atau dikurangi. Karena punya pengalaman main di limbah moge plus ketok pelat besi maka permintaan Hamka dinilai tidak sulit.

Rancangan pun dimulai dari bagian depan. “Karena kejar CBR 1000RR versi terbaru, maka lampu depan yang dipilih punya CBR600. Sedikit lebih lebar, sih. Tapi, sudutnya mendekati. Lalu, dari lampu, fairing hingga engine-guard berbahan pelat dibentuk mirip moge Honda itu, sesuai dimensi,” bilang Wardoyo yang asli Sragen, Jawa Tengah itu.

Supaya garis lekukan pada tebeng samping tidak putus hingga ke belakang, bagian luar rangka asli deltabox di-custom ulang pakai pelat. Tujuannya agar dimensi ikut bertambah lebar dan selaras ketika dijadikan pegangan tebeng samping serta tangki yang juga sudah mendapat sentuhan.

Bagian buritan dibentuk lebih slim dari asli CBR 150R. Wardoyo mengaku, menggarap rangka bagian belakang dengan main ketok. Agar sedikit naik dan juga melebar sebelum digabung dengan centerbone.

Kurang sempurna bila kemiripan hanya pada bodi, sementara kaki-kaki standar. Untuk shockbreaker depan, standarnya diganti punya Honda RCV yang sedikit di-custom porosnya agar bisa masuk. Kebetulan dimensi shockbreaker pas dan tidak mengubah rake saat dipasang.

Sementara itu, bagian belakang masih memakai part asli, hanya lengan ayun di-custom dengan menambah panjang sekitar 7 sentimeter agar bentuknya selaras. Konsekuensinya harus menggeser maju posisi dudukan bawah monoshock sekitar 3 sentimeter.

Sipnya lagi, Wardoyo bisa menyelipkan knalpot handmade di buritan. Ini cukup pintar memanipulasi kekosongan lantaran dimensi mesin yang memang mau tak mau jadi kekecilan. Enggak apa-apa, terpenting keinginan Hamka sudah terwujudkan.

DATA MODIFIKASI
Ban depan : Battlax BT40 120/60-17
Ban belakang : Battlax BT40 10/70-17
Velg : CB400
Cakram : Nissin
Footstep : Honda RCV
Sein : Variasi
DMC : 0813-8057-1391

New Satria 150 dengan Polesan Yoshimura

Setelah lebih empat tahun bertahan dengan wajah yang sama, akhirnya PT Indomobil Niaga International (IMNI) Roda-2 memperkenalkan versi baru Suzuki Satria FU 150. Bebek supersport (gimmick marketing Suzuki menyebutnya: hyper underbone) ini diperkenalkan oleh Kenji Saito, Direktur Pemasaran IMNI, pada hari pertama pembukaan Jakarta Motorcycle Show, Sabtu (6/12).

Cukup menarik, komponen untuk mempergagah penampilan Satria ini diadopsi dari Yoshimura yang sudah sangat dikenal oleh para bikers di Tanah Air. Perubahan yang dilakukan Suzuki adalah mengganti model lampu depan dan fairing (tudung), panel instrumen (desain spidometer), ujung knalpot, rangka alumunium, dan behel atau pegangan belakang motor.

Kali ini, konsumen Indonesia cukup beruntung. Inilah model terbaru Satria yang hanya dipasarkan di tiga negara ASEAN dengan nama berbeda. Di Thailand diberi nama Raider, sedangkan di Filipina Dagger. Sayangnya, model ini muncul di saat krisis ekonomi mulai mencengkeram lebih dalam sebagian masyarakat atau konsumen motor kelas atas.

Satria vs Kompetitor - Dengan penampilan baru ini, harga Satria FU 150 pun melenjit. Berdasarkan informasi internal Suzuki, dalam dua bulan ini Satria sudah dua kali mengalami kenaikan harga. Terakhir, dengan anjloknya rupiah dan karena sebagian besar komponen Satria masih impor, kenaikkan harga pun mencapai Rp 800.000. Hasil akhir, saat diluncurkan, Suzuki membanderol Satria dengan harga Rp 17.890.000 (on the road di Jakarta dan sekitarnya).

Dibandingkan dengan kompetitor utamanya, yaitu Honda CS1, perbedaan harga hampir Rp 1 juta. Namun, Satria menang unggul untuk teknologi mesin, kapasitas dan tenaga yang dihasilkan. CS1 dipersenjatai Honda dengan mesin SOHC (single overhead camshaft) dengan kapasitas 125 cc, sedangkan Satria DOHC (double overhead camshaft).

Untuk tenaga, Satria masih unggul dengan kemampuan maksimum 16 PS @9.500 rpm, sedangkan CS1 12,8 PS @10.000 rpm. Kemampuan Satria menghasilkan torsi maksimum juga lebih baik, yaitu 1,27 kgf-m @8.500 rpm, sedangkan CS1 1,04 kgf-m @7.500 rpm.

Kompetitor lain Satria adalah Jupiter MX dengan mesin 135 cc yang saat ini versi paling mahal (cast wheel dan kopling otomatik) ditawarkan dengan harga Rp 15.050.000. Dari segi tenaga dan torsi Jupiter MX memang kalah. Tenaga maksimumnya 11,33PS @8.500 rpm dan torsi 1,165 kgfm @5.500 rpm.

Lampu Depan - Perubahan mencolok dari Satria adalah desain fairing dan lampu depan. Desain lampu depan mirip dengan Suzuki GSX-R600. Versi baru, lampu menggunakan bentuk mahkota dan di sampingnya lampu sein dengan mika transparan mirip kuping kelinci. Lampu ini dilengkapi dengan topi atau disebut juga “cowling” ber-garnish hitam. Topi lampu dipasang dengan cara menyekrupkannya pada fairing panel instrumen.

Panel Instrumen - Panel instrumen mengalami perubahan desain yang cukup berarti, meski posisi dan bentuk dasarnya sama dengan versi Satria terdahulu. Motif dasar bagian tengah panel instrumen kini dibuat seperti anyaman dinding bambu.

Takometer menggunakan model jarum dengan dasar instrumen putih berbentuk lingkaran. Di pinggir takometer diberi ornamen berlapiskan krom untuk memberi kesan sporty dan eksklusif. Versi lama, pinggiran takometernya berwarna hitam, sama dengan panel.

Bentuk angka dan ukuran juga berubah. Versi baru lebih besar (tentu saja makin mudah dibaca), sedangkan Satria lama menggunakan huruf reguler lama (italic atau miring). Instrumen lain dengan tayangan digital adalah spidometer, indikator bahan bakar, tripmeter, dan indikator mode “eco” dan “power”. Angka-angkanya mudah dibaca karena menggunakan dasar oranye.

Kini motor supersport bebek ini dilengkapi dengan dua pilihan model mengendarai yang disebut Suzuki dengan S-DMS (Suzuki Drive Mode Switch), yaitu "eco" dan "power". Tombol mode itu ditempatkan di sisi kanan panel instrumen dan mudah dicapai pengendara saat melaju.

Perubahan lainnya adalah di bagian depan, yaitu segitiga setang yang kini dilapisi dengan silver (sebelumnya hitam), sedangkan di bagian belakang, perubahan pada ujung corong knalpot. Versi baru berbentu oval segitiga, khas Yoshimura. Di belakang, behel atau pegangan di belakang sadel tampil dengan penampilan baru. Begitu pula dengan rangka alminium baru dengan pelindung kaki di kanan dan kiri motor.

Spesifikasi New Satria FU 150
Mesin
Tipe
4-tak , DOHC, 4 katup,
silinder tunggal, pendingin udara
Kapasitas
147,3 cc
Diameter x langkah
62 x 48,8 mm
Perbandingan kompresi
10,2 : 1
Tenaga maks.
16 PS @9.500 rpm
Torsi maks.
1,27 kgf-m @8.500 rpm
Karburator
MIKUNI BS 26 - 187
Saringan udara
Kertas
Sistem starter
Kaki & elektrik
Transmisi
6 kecepatan, 1 ke atas, 5 ke bawah
Kopling
Multiplat, basah
Sasis
Suspensi Depan
Teleskopik, pegas spiral dan bantalan oli
Belakang
Monoshock, lengan ayun, pegas

spiral dan bantlan oli

Rem Depan & Belakang
Cakram
Ban & Roda Depan
70/90-17 38S

Belakang

80/90-17 44S

Yamaha Scorpio Chopper 2008

Meski belum punya motornya, Imam Syafei jatuh hati sama Honda Goldwings dan suka dengan bentuk Suzuki Intruder. Uniknya, ketika ditelepon oleh Wiryady alias Ajie Thunder dari Fajar Makmur Modification (FMM) perihal kesengsemannya itu, Imam malah belum punya motornya.

“Makanya saya beli Yamaha Scorpio. Waktu itu kilometernya masih nol, langsung saya boyong ke Ajie,” kenang pegawai BRI yang juga anggota klub BRI-Kers Jakarta. Soal selera, Imam enggak suka model sport dan streetfighter. “Maunya desain yang secara ergonomi santai. Makanya, pilihan chopper sangat tepat,” tambahnya.

Ajie yang disodorkan Scorpio cepat tanggap dan langsung merombaknya. Baginya, sasis dari center bone ke depan sudah tidak perlu dievaluasi. “Saya ubah dari tengah ke belakang. Dibuat baru sama sekali,” tegas Ajie yang aslinya tukang servis AC.

Tujuan dari ubahan ini jelas. Konstruksi Scorpio yang siaga dan agak tinggi tidak mungkin bisa dipertahankan untuk chopper. Makanya, dari bagian tengah ke belakang perlu dibuatkan sasis baru yang rancangannya agak ke bawah, termasuk lengan ayun memakai punya Honda Steed 400.

Dari situ bentuk dasar didapat. Ajie serta-merta membuat tangki chopper plus sepatbor ala ducktail sesuai dengan genre-nya. “Setang bullhorned termasuk raiser kami buat sendiri. Detail macam lampu depan dan belakang variasi moge dan penguatan di kaki-kaki, yakni shockbreaker depan upside down Aprilia,” papar Ajie.

Sentuhan akhir, FMM memilih knalpot Honda Shadow agar suaranya ngebas. Kerapihan kerja menata chopper full dressed model begini patut diacungi jempol.

Seperti sepatbor belakang yang mendekati ducktail memang cocok untuk karakter motor rapi dan tidak terkesan liar. Padahal, bengkel modifikasi ini tidak spesialis chopper.

Untuk menyeimbangi tangki yang gede di bagian atas, girboks palsu berbahan fiber cukup berhasil, apalagi boks kiri dan kanan yang buatan sendiri cukup rapi dan menambah gagah tampilan motor dengan rancangan knalpot model 1-2.

Skuter Alien di JMS2008

Dua skuter Suzuki yang dipajang di JMS2008, yaitu SD-01 dan SD-02, menjadi magnet bagi pengunjung pameran. Pasalnya, penampilan kedua skuter ini aneh, unik, dan futuristik. Lampu depannya ramai, berkelap-kelip dan bisa pula berubah warna. Kombinasi desain dan penempatan lampu depan kedua skuter, utamanya yang hitam, membuat penampilannya mirip dengan makhluk alien dari planet lain.

Seperti alien, informasi dari Suzuki tentang motor ini juga sangat minim. Ketika ditanyakan tentang konsep skuter ini kepada H Yamaguchi yang mengurus masalah promisi Suzuki Roda-2, ia hanya menjelaskan bahwa SD-01 dan SD-02 merupakan transformasi dari skutik konsep ke yang sudah diproduksi, yaitu Spin. Kebetulan kedua motor konsep ini dijejerkan Suzuki dengan Spin modifikasi dengan penampilan mengilap atau krom dan bukan Skywave.

Pameran Bangkok
Sebenarnya kehadiran kedua skuter konsep masa depan Suzuki merupakan yang kedua kali di arena pameran. Sebelumnya, Suzuki sudah mejeng di Bangkok International Motor Show pada 26 Maret–6 April lalu.

Di arena itu, terutama bagi komunitas motor dan skuter, SD-01 dan SD-02 juga magnet dan menarik bagi para pengunjung, bahkan banyak diperbincangkan di berbagai blog penggemar skuter dan motor di internet.

Di lain hal, upaya Suzuki menampilkan konsep skuter kecil massa depan tentu saja tidak lepas dari tren konsumen kendaraan roda dua di negara-negara ASEAN. Jumlah konsumen yang menyukai kendaraan roda dua jenis ini terus meningkat, termasuk Indonesia.

Cukup menarik, Suzuki sengaja menampilkan dua skuter sekaligus. Keduanya bak pinang dibelah dua. Dua saudara kembar yang saling “mengisi”. SD-01 ditampilkan Suzuki dengan warna hitam plus aksentuasi merah pada bagian tertentu. Bentuknya mirip alien dengan lampu LED depan yang ramai dan berkedap-kedip. Dengan bentuk seperti ini, ada pula yang menyebutnya sebagai skuter "cyber", sedangkan SD-01 berwarna putih, bentuk lampunya sama dengan saudara yang hitam. Hanya motif tutup mikanya yang berbeda.

Bagi Suzuki, kedua skuter ini dibanggakan sekali. Karena itu pula, Gunadi Sindhudinata dari Indomobil mengajak Menteri Perindustrian melihat kedua skuter tersebut dari dekat. Terakhir, Fahmi Idris mau juga melongok salah satunya, yaitu SD-02 alias si putih dengan roda yang lebih kecil dibandingkan si hitam. Begitu melihatnya, Pak Menteri langsung berkomentar,” Ini kekuatannya tidak dijamin.” Ia pun memegang sadel model rajut atau sarang lebah yang bisa disetel pada skuter tersebut. Beberapa saat kemudian, sadel itu copot dan tak dipasang lagi oleh Suzuki.

Desain
Pada JMS kali ini, ada dua produsen menampilkan konsep skuter kecil masa depan, yaitu Suzuki dan Yamaha. Kalau Suzuki menampilkan si kembar SD-01 dan SD-02, Yamaha memperlihatkan konsepnya melalui S3+.

Hal yang menarik dari skuter konsep yang dipajang kedua produsen tersebut, konsep desainnya sama. Yaitu bodi dengan garis-garis tajam atau lancip. Namun, Suzuki lebih canggih, depan dan belakang menggunakan monoshock atau peredam kejut tunggal. SD-1 dan SD-02 menggunakan model sepatbor roda belakang yang terpisah dengan bodi. Di atas sepatbor, bagian bodi dari skuter seperti mengapung. Cara yang sama juga diadopsi oleh Yamaha.

Lampu LED
Wajah SD-01 dan SD-02 dipenuhi dengan lampu LED yang berkedip-kedip dan bisa berganti warna. Skuter SD-01 bisa menampilkan warna merah dan putih, sedangkan lampu sampingnya menampilkan warna putih dan oranye. SD-02 desain lampu depannnya berbeda. Di tengah menghasikan cahaya biru, dan kedua sisinya oranye.

Untuk belakang, kedua skuter menggunakan model dan desain lampu yang sama. Lampu dipasang di ujung bodi paling belakang bawah yang mencuat ke atas. Menurut beberapa pengamat, desain kedua skuter ini sangat kental dengan gaya Italia.

SDE-01 menggunakan ban lebih besar dari SD-02. Informasi yang disampaikan Suzuki, skuter ini menggunakan panel instrumen berupa PDA. Dengan ini nantinya, instrumen bisa digunakan sebagai navigasi GPS, telepon selular, dan MP3 player. Pokoknya trendi abis dah!

Penampilan skuter makin “bersih” karena tidak ada komponen yang menonjol atau mencuat dari permukaan bodinya yang mulus. Roda depan pun dilengkapi rem cakram dengan ukuran besar dan berbentuk bintang. Bahkan, untuk memberikan kesan gagah dan kokoh, roda depan dilengkapi dengan peredam kejut tunggal berdiameter besar.

Tenaga Listrik
Melihat tidak adanya knalpot dan adanya bulatan tabung di depan roda belakang, kemungkinan Suzuki mengandalkan motor listrik sebagai penggerak skuter ini. Kalau sudah begitu, tak salah lagi ini dianggap sebagai skuter masa depan. Karena semakin “menyemutnya” kendaraan roda dua di jalan raya, salah satu cara untuk mengurangi polusi dan gangguan suara bising, ya... tenaga listrik! Oke dong!

Honda CS-1 Vs Kawak Athlete

Pada JMS 2008, dua supersport bebek yang sering dibandingkan para biker adalah Honda CS-1 dan Kawasaki Athlete. Maklum, keduanya relatif baru. Aspek yang membuat bikers membandingkan keduanya adalah karena menganut konsep desain dan kontruksi sasis yang sama. Tangki berada di depan pengendara atau di atas rangka utama (backbone), mirip dengan motor sport atau 'laki'.

Kalaupun bikers memperbincangkan perbedaan, fokusnya pada mesin. ”Mesin CS-1 tegak, sedangkan mesin Athlete mendatar,” begitulah komentar yang terlontar dari mereka setelah meneliti kedua motor ini.

Bahkan ketika petugas Honda dipancing untuk mengomentari perbedaan CS-1 sama dengan Athlete secara teknis, ungkapan tersebut muncul lagi. Komentarnya sama, sekitar mesin vertikal dan horisontal.

Padahal, perbedaannya cukup banyak dari aspek teknik. Namun, masalah harga tidak bisa dilupakan. Selisih harga cukup mencolok. Si “Ijo’ ditawarkan dengan harga Rp 14.300.000, sedangkan CS-1, yang memang sangat menggoda penampilannnya, dibanderol oleh Honda Rp 16.900.000. Perbedaannya mencapai Rp 2,7 juta.

Pastinya, CS-1 menawarkan warna yang lebih beragam, yaitu merah, hitam, silver, dan kuning emas; dan tampil lebih atraktif, sedangkan Si “Ijo”, selain hijau, alternatif warnanya hanya unggu dan hitam; tampil rada “kalem”.

Persamaan - Selain posisi tangki yang sama, keduanya memilih model “cast wheel” yang juga mirip, jari 5 x 2. Posisi knalpotnya sama pula. Ada juga tambahan “air scoop” pengarah aliran udara di bawah mesin. Keduanya menggunakan rem cakram untuk roda depan dan belakang (namun desainnya berbeda). Plus, suspensi belakang sama-sama monoshock. Karena itu, wajarlah para biker membandingkan kedua motor ini.

Kawasaki sendiri, dalam strategi pemasarannya, membandingkan Athlete dengan Honda CS-1 dan Suzuki Satria. Berdasarkan format kuadran yang dibuat oleh Kawasaki, mereka menempatkan produknya antara Sporty dan Classy. CS-1 ditempatkan di tengah-tengah Classic dan Classy yang kental dengan penampilan Sporty. Untuk Satria, orang-orang "Kawak" menaruhnya di antara Elegan dan Classic. Dari cara berpikir orang Kawasaki tersebut sudah dapat disimpulkan, mereka mengakui soal penampilan CS-1 yang sangat sporty.

Dari segi penampilan, CS-1 lebih disukai terutama desain lampu dan tangki yang atraktif. Honda juga menonjolkan rangka delta boks motor ini, sedangkan Athlete berdesain lampu lebih sederhana dan tidak menonjolkan rangka.

Mesin - Spesifikasi dan karakteristik mesin motor ini sangat berbeda. CS-1 menggunakan mesin dengan pendingin air yang dilengkapi dengan radiator dan kipas. Hal ini membuat mesin CS-1 lebih rumit, memerlukan perawatan yang lebih intens, namun dari segi performa tentu saja lebih oke!

Sebaliknya, Athlete memakai mesin dengan pendingin udara atau masih mengandalkan sirip-sirip. Tentu saja lebih praktis dan ringkas, di samping itu menjadikannya lebih ringan karena tidak ada air, radiator, dan kipas.

Karena tipe mesin yang digunakan CS-1 adalah “high performance”, untuk menjaga kinerja tetap stabil, terutama saat berada di dalam kota dengan lalu lintas yang macet, Honda melengkapinya dengan pendingin air atau radiator. Di samping itu, agar mendapatkan pendinginan lebih baik dan kompromi lainnya, mesin dipasang agak vertikal. Itu mirip dengan kebanyak mesin motor sport.

Kedua motor menggunakan mesin yang sama kapasitasnya, 125 cc. Namun, CS-1 unggul dalam performa. Dengan perbandingan kompresi 10,7 : 1, mesin CS-1 menghasilkan tenaga 9,44 kW atau 12,8 PS. Itu pun dihasilkan @10.000 rpm. Ciri khas mesin sport sejati!

Bandingkan dengan Athlete, 9,9 PS @8.000 rpm. Meski kurang agresif, namun Athlete dipastikan bisa diajak santai, terutama di lalu lintas kota yang padat, sedangkan mesin CS-1 dipastikan maunya “ngebut” melulu. Di samping dengan perbandingan kompresi yang tinggi, CS-1dipastikan minta bensin yang lebih berkualitas, beroktan 92 atau 95, sedangkan mesin Athlete bisa berkompromi dengan premium.

Perbedaan Mesin Honda CS-1 vs Kawasaki Athlete
Honda CS-1
Kawasaki Athlete
Tipe
4 langkah, SOHC,
4-langkah, SOHC, 2 katup,

Sistem pendingin

Air, radiator dengan
kipas listrik
Udara

Diameter x langkah mm

58 x 47,2
56 x 50,6
Kapasitas cc
124,7
124,6

Perbandingan kompresi

10,7
9,8

Sistem pasokan bahan bakar

Karburator
Karburator, Keihin PB18

Tenaga maks.

12,8 PS @10.000 rpm
9,9 PS @8.000 rpm

Torsi maks.

10,2 Nm @7.500 rpm
8,6 Nm @6.000 rpm

Kendati Honda mengklaim CS-1 sebagai “top city ride”, berdasarkan spesifikasi di atas, justru Athlete yang lebih mendekati karena tenaga dan torsinya diperoleh pada putaran lebih rendah.

CS-1 dipastikan unggul untuk mereka yang punya nyali tancap gas pada kecepatan tinggi.

Suspensi Belakang - Meski suspensi belakang kedua motor ini dasarnya sama, monoshock, namun karena posisi pemasangan peredam kejutnya berbeda, masing-masing digunakan untuk kondisi tertentu. Punya Honda tegak lurus, sedangkan 'Kawak' miring (hampir horizontal) dan tampak dari luar.

Dengan posisi peredam kejut yang horizontal, Athlete menghasilkan bantingan yang lembut karena tidak langsung beraksi dibandingkan jika posisinya tegak lurus. Untuk peredam kejut yang dipasang vertikal atau tegak, itu akan langsung menghasilkan bantingan. Hasilnya, CS-1 cocok untuk jalanan mulus, sedangkan Athlete bisa berkompromi dengan permukaan jalan, misalnya lubang dan polisi tidur.

Honda harus memasang peredam kejut dengan posisi tegak karena ruang mesin makin sempit. Selain ada mesin, juga ada tambahan ruang untuk radiator. Pilihan lainnya, mesin juga harus diposisikan agak vertikal.

Berikut ini perbedaan transmisi dan dimensi kedua motor:

Honda CS-1
Kawasaki
Athlete
Kopling
Manual, basah
Multi-plat
Manual, basah
Multi-plat
Transmisi
5 percepatan
4 percepatan, rotari
Starter
Elektrik dan kaki
Elektrik dan kaki
Dimensi
Panjang mm
1.932
1.920
Lebar mm
682
695
Tinggi mm
1.042
970

Jarak sumbu roda mm

1.251
1.240

Jarak terendah mm

130
1.50
Berat kg
140
104

Tangki BBM (liter)

4,1
5,2

Ban Depan

70/90-17M/C38P
2.50-174PR
Belakang
80/90-17M/C44P
2.75-174PR

Kesimpulan - Dari atas kertas disimpulkan, bila pertimbangan dominan harga sangat menentukan dan tipikal pengguna tidak terlau agresif, pilihannya bisa saja Athlete. Adapun bagi mereka yang ingin mengutamakan penampilan, show-off, suka menguji nyali (tetapi jangan di sembarangan jalan), dan tidak terlalu pusing dengan harga, CS-1 adalah pilihan utama.

Honda Blade: Sporty, Bertenaga dan Irit

Banyak fans setia Honda di Indonesia berharap, kehadiran bebek Blade akan membawa angin segar datang dengan teknologi lebih canggih, yaitu sistem injeksi bahan bakar seperti saudara kembarnya di Thailand, yaitu CZ-i 110 atau Click-i. Kenyataannya, Blade masih mengandalkan karburator.

Sosok dan penampilan Blade sama persis dengan CZ-i yang diluncurkan di Thailand Juli lalu. Hal itu tampak dari desain bodi, lampu, tutup setang, knalpot dan jok. Kalau pun ada berbeda, adalah roda dan lapisan luar muffler. Jika CZ-i masih mengandalkan pelek jari-jari, Blade menggunakan “cast wheel” atau pelek sport . Sedangkan grafis bentuk dasarnya masih sama, namun kombinasi warna berbeda.

Karena masih mengandalkan karburator, saat tanya-jawab antara wartawan dengan manajemen PT Astra Honda Motor (AHM), pertanyaan pertama yang muncul: ”Mengapa Honda tidak menggunakan sistem injeksi pada Blade, seperti produk yang sama di Thailand?”. Jawaban yang dilontarkan Johannes Loman, Direktur Pemasaran PT AHM adalah, “Dengan menggunakan karburator harga Blade, lebih kompetitif dan terjangkau buat sebagian besar konsumen Indonesia.”

Untuk produk terbarunya ini, AHM menawarkan harga Rp 13,5 juta (on the road) untuk Jakarta dan sekitar. Jauh lebih terjangkau dibandingkan dengan SupraX 125 PGM-FI yang ditawarkan dengan harga Rp Rp 16,1 saat ini. Harga Blade hampir mendekat Supra X 125R dengan pelek standar (bukan “cast wheel”).

Karena posisi Blade berada antara Revo (100 cc) dan Supra X 125R (125 cc), maka AHM mengategorikannya sebagai produk total baru dengan segmen baru pula.

Daya tarik Blade adalah penampilan yang lebih sproty hampir sama dengan CS (City Sport). Ini terlihat dari desain lampu depan dan penempatannya. Pada Blade, lampu depan tidak lagi pada setang, tetapi pada “kap” atau sayap depan. Dengan cara ini, lampu depan dan sein tidak ikut berbelok bersama setang ketika digerakkan ke kanan atau kiri. Lampu depan ini disatukan dengan lampu sein yang berada di kedua sisinya.

Bentuk fender atau sepatbor depan juga berbeda. Honda menilai bentuknya lebih sporty dan gaya. Desain lampu belakangnya cukup gaya dengan kombinasi warna putih dan merah. Penyempurnaan desain bebek ini dibandingkan dengan produk Honda terdahulu adalah posisi setang yang menekuk ke dalam. Honda menyebut bergaya “racing”. Dengan ini, diharapkan, motor yang ditarget untuk anak muda ini, akan mudah melakukan manuver di tikungan.

Rangka Blade merupakan hasil rancangan baru. Menurut Honda, rangka ini lebih kokoh dan disesuaikan dengan kemampuan atau performa mesin yang lebih galak dibandingkan dengan Revo atau Fit.

Pada bagian depan, antara antara jok dengan setang, diberi “cover” atau tutup dengan posisi yang lebih tinggi dibandingkan bebek biasa. Mirip dengan yang digunakan pada Suzuki Arashi dan Yamaha Jupiter MX.

Tambahan lain adalah pelindung mesin yang berada di samping kanan berupa besi batangan kecil yang ditekuk dan dipasang dekat footstep. Knalpot, pada bagian muffler dilapisi warna dirancang dengan bentuk oval. Untuk mencegah roda berhenti berputar saat rantai copot, Honda melengkapinya dengan stopper.

Mesin - Untuk sumber tenaga, Honda menggunakan mesin SOHC dengan kapasitas 109,1 cc. Tenaga yang dihasilkan mencapai 8,46PS @7500 rpm dan torsi 0,86 kgf-m @5500 rpm. Jadi, performanya berada antara Revo dan Supra 125.

Meski begitu, menurut K. Fujihara, Leader R&D Honda, Blade lebih irit 5% dibandingkan Revo. Hal itu bisa diperoleh karena mesin Blade merupakan generasi baru dari Honda. Mesin ini gesekan beberapa komponennya lebih rendah dibandingkan mesin Honda lainnya. Antara piston dan rocker arm (pelatuk katup), bentuk silinder yanng “off-set”, piston dengan semportan oli terbalik, bobotnya yang lebih ringan dan anti-gores. Dengan pengembangan tersebut, selain konsumsi bahan bakarnya lebih irit, Honda mengklaim mesin Blade ini ramah lingkungan atau memenuhi standar Euro-2.
Spesifikasi Honda Blade
Dimensi
Panjang mm
1.855
Lebar mm
709
Tinggi mm
1.071

Jarak sumbu roda mm

1.221

Jarak terendah ke permukaan jalan mm

147
Berat kg
96,8
Sasis
Rangka
Back bone
Suspensi
Depan
Teleskopik
Belakang

Lengan ayun, peredam kejut ganda

Ban
Depan

70/90-17M/C 38P

Belakang
80/90-17 M/C44P
Rem
Depan
Cakram
Belakang
Teromol

Kapasitas tangki

3,7 liter

Mesin
Tipe

4 langkah, SOHC

Kapasitas cc

109,1

Pendingin
Udara

Diameter x langkah mm

50 x 55,6

Perbandingan kompresi

9,0 : 1

Tenaga maks. PS

8,46@7.500

Torsi maks. kgf-m

0,86 @5.500 rpm

Transmisi

4 kecepatan, kopling sentrifugal

Starter

Starter elektrik dan kaki

Batere

MF 12-33,5 Ah

Sistem pengapian

CDI
Busi

ND U20EPR9S

Vega ZR: Selain Wajah, Mesin Juga Berubah

Namanya menjadi Vega ZR. Penampilan dan sosoknya sedikit berbeda dengan pendahulunya, Vega-R DB. Perbedaan paling mencolok adalah wajah depannya. Ini terlihat pada lampu depan dan sein serta warna tutup depan (front cover). Yamaha juga mengubah grafis bodi plus fontVega ZR” menjadi berbeda dibandingan versi sebelumnya.

Perubahan lain dilakukan pada spidometer, mesin, desain jok, dan tambahan selang antibanjir pada karburator. Juga ada perubahan pada desain lampu belakang dan penempat kunci, dipindahkan di bawah lampu belakang.

Dengan perubahan ini, harga Vega ZR lebih mahal sekitar Rp 300.000 dibandingkan dengan R (dari versi sama untuk rod: jaring-jaring atau cast wheel). Dipastikan, ZR akan menggantikan kehadiran Vega R yang sekarang ini masih dipasarkan oleh Yamaha, seharga Rp 11.500.000.

Berdasarkan spesifikasi yang dikeluarkan Yamaha, ZR lebih panjang 40 mm dibandingan versi sebelumnya (890 mm) dan lebih tinggi 15 mm (sebelumnya 1.030 mm). ZR juga jadi lebih rendah, dengan jarak terendahnya dari permukaan jalan turun, dari 135 mm, menjadi 126 mm. Jarak sumbu roda lebih panjang 40 mm (sebelumnya 1.195 mm).

Meski bobot motor ini turun menjadi 97 kg (sebelumnya 99 kg), dengan ini Yamaha berharap, Vega yang merupakan salah satu produk andalannya makin menarik bagi mereka yang menginginkan motor yang irit konsumsi bahan bakar atau mampu bersaing dengan kompetitor, seperti Honda (Revo dan terakhir adalah Blade), dan Suzuki (Smash).

Depan - Desain dasar lampu depan masih sama dengan Vega R. Hanya saja, lampu sein dipindakan ke bawah, berada antara tutup depan dan sayap samping. Desain lampu sein termasuk baru. Bagian tengah tutup depan sekarang dibuat sewarna dengan bodi. Sebelumnya, dibedakan berbagai warna. Tutup depan ini dibergi grafis khas Vega ZR.

Tempat yang ditinggalkan oleh lampu sein lampu ditutup dengan "cover setang". Untuk ini, Yamaha harus membuat tutup setang baru karena adanya tambahan bagian untuk menutup bagian yang ditinggalkan lampu sein. Tutup juga sedikit mengalami perubahan karena adanya lampu sein di bawah.

Belakang - Lampu belakang juga diganti. Kini lampu kombinasi belakang, baik rem mapun sein serta penerangan pelat nomor, ditutup dengan mika merah dengan desain multipersegi. Di bawah lampu kombinasi belakang ini, dipasang kunci. Pada Vega R, lampu belakang ditutup dengan mika. Alhasil, desain reflektor di dalamnya terlihat jelas. Perubahan lain adalah posisi jok yang lebih rendah.

Spidometer - Desain panel intrumen juga baru, sekarang dibuat lebih sederhana, hanya dua bulatan. Bulatan besar untuk sepeda motor dan bulatan kecil untuk indiaktor bensin. Adapun indakator posisi gigi N (netral) dan Top ditayangkan dalam dua bulatan. Bulatan spidometer dan indikator bahan bakar menggunakan dasaran putih, sedangkan seluruh panel, instrumen warna dasarnya hitam.

Mesin - Meski dasar mesin yang digunakan sama, namun kapasitas Vega ZR diperbesar menjadi 113,7 cc. Sebelumnya, kapasitas mesin 110,3 cc atau naik 3,4 cc. Hal tersebut dilakukan dengan mengubah diameter dan langkah menjadi 50,0 x 57,9 mm (sebelumnya: 51,0 x 54,0 mm). Tepatnya, langkah mesin Vega ZR lebih panjang, namun diameternya jadi lebih pendek.

Dengan perubahan mesin ini, tenaga mesin menjadi 6,5 kW (8,7 PS) @7.500 dan torsi 8,3Nm (0,85 kgf-m) @4.500 rpm. Dengan cara ini, Yamaha berusaha untuk menjaga konsumsi bahan bakar irit, namun menaikkan torsi dan tarikan. Kondisi ini menjadi usaha Yamaha untuk “head to head” dengan andalan terbaru Honda di kelas yang sama dan baru saja diluncurkan, yaitu “Blade”. Tambahan lain adalah selang antibanjir pada karburator.

Seperti Vega sebelumnya, ZR juga ditawarkan dengan dua versi, CW (cast wheel) dan velg jari-jari.

Cukup menarik, untuk meluncurkan Vega ZR ini, pada 8 Desember lalu di arena Jakarta Motorcycle Show 2008, selubung dibuka oleh pembalap tim MotoGP Fiat-Yamaha, yang meraih predikat “Rookie of the Year” tahun ini, Jorge Lorenzo dari Spanyol.

Apakah Vega ZR juga bisa membuat kejuatan seperti Lorenzo? Ditunggu lho!

Spesifikasi Vega ZR
Mesin
Tipe

4-langkah, 1 silinder,SOHC, pendingin udara

Diameter x Langkah
50.0 x 57,9 mm
Volume silinder
Karburator
Tenaga
Torsi
113.9 CC
Mikuni VM15SH
6,5 kW (8,7 PS)@7.500 rpm
8,3 Nm (0,85 kgf-m)@4.500 rpm
Kopling
Manual, basah, multiplat
Transmisi
4 kecepatan
Sistem starter
Starter listrik dan kaki
Kelistrikan
Baterai
12 V, 5 AH
Busi
NGK/C6HSA/W2OFS-U
Sistem pengapian
DC- CDI
Sasis
Rem depan
Cakram hidraulis/tromol
Rem belakang
Tromol
Ukuran ban depan
70/90-17M 38P
Ukuran ban belakang
80/90-17M 44P
Dimensi
Panjang x lebar x tinggi

1.930 x 675 x 1055 mm

Jarak sumbu roda
1.235 mm
Jarak terendah
126 mm
Berat
97.0 kg

Kapasitas tangki BBM

4.2 liter