Monday, March 16, 2009

Aprilia Siap Meramaikan Pasar Motor Indonesia

Persaingan pasar sepeda motor jenis sport kian marak. Pesertanya tak cuma didominasi sama Jepang (Yamaha, Suzuki, Honda, dan Kawasaki) yang mengepung India (Bajaj XCD 125). Namun, mulai April mendatang, hadir pendatang baru dari Italia, Aprilia. Pabrikan ini akan menghadirkan dua jenis sekaligus. “Kami akan membawa Aprilia Sport RS 125 cc dan RSV Superbike 1.000 cc,” ungkap Direktur PT Sentra Kreasi Niaga (SKN) Nugroho Tjandrakusuma, Senin (16/3) di Jakarta.

Pada tahap awal, menurut Nugroho, pihaknya akan memasukkan sekitar 5 unit yang 125 cc dan superbike, dan Mei bertambah jadi 10 unit (125 cc). SKN juga menerima pesanan. Namun, waktunya sekitar 3 bulan.

Soal harga cukup mengernyitkan dahi. Aprilia 125 cc dihargai sekitar Rp 90 juta, sedangkan moge-nya sekitar Rp 600 juta. Guna menjamin kepuasan pemilik, SKN menjamin perawatan dan persediaan suku cadang, termasuk untuk data teknis, Kemudian, jika ada masalah, konsumen bisa mendatangi showroom.

Pangsa pasar motorsport di Tanah Air sangat kecil. Dari total market secara nasional, jenis ini hanya merebut porsi sekitar 1 persen, sedangkan penjualan 2008 mencapai angka 6,2 juta unit. Adapun untuk jenis moge di bawah itu lagi dan masih dilakukan para importir umum. Belum ada kompetisi pasar di kelas moge.

Honda Evo 6 Karya Anak Bangsa

Pada pameran sepeda motor di JCC, Desember tahun lalu, di stan Astra Honda Motor terpajang Honda Evo 6. Ternyata, motor jenis sport yang masih konsep itu telah merasuki pikiran Ivanggar Pambudi. Sampai-sampai, pria berdomisili di Jakarta ini sulit tidur.

Kebetulan, Ivan punya Honda Mega Pro. Maka, kendaraan tersebut dikirim ke rumah modifikasi Tauco Custom (TC) untuk diubah menjadi Evo 6. "Pusing gue, kalau mirip banget ama Evo 6 kan ribet dan pasti mahal. Pakai pro-arm segala," ujar Topo Goedhel Atmodjo dari TC yang pantang menolak tantangan.

Hasilnya, dengan mengadopsi komponen dari empat merek motor, Honda Mego Pro telah berubah wujud menjadi Evo 6. Ivan pun kini bisa tidur nyenyak.

Gemuk dan padat
Ciri khas dari Evo 6 terpancar dari tangki dan tutup mesin. Dua sektor ini bisa diakali Topo, terkecuali lengan ayun (swing-arm), desainnya murni karya TC. Untuk tangki bahan bakar, Topo bisa menciptakan mirip konsepnya yang tidak membulat, tetapi ramping.

"Di kanan kirinya ada lekukan sehingga bisa membuat kaki enak menjepit," cerita Ivan. Karya Topo paling nyeleneh di cover mesin bagian atas. Kalau aslinya membentuk pipa knalpot dari mesin enam silinder, Topo menirunya sebagai mesin silinder tunggal. "Pipanya terpotong dan hanya menempel. Sekilas mirip aslinya sih," bangga builder yang kini ikutan balap skubek.

Pemakaian atribut ini mengesankan motor tampak berat di depan. Hal itu pun disadari Topo. Makanya, ia membuat swing-arm yang besar. Selain itu, knalpot didesain untuk mendapatkan efek penyeimbang bodi depan dan belakang. "Meski pendek, tapi gemuk dan padat," bela Topo.

Lantaran tampilan bodi sudah berubah jadi lebih kekar dan adanya pemakaian bahan pelat dalam memodifikasi, tenaga standar di motor pasti keteter. Agar bisa tetap ngacir, solusinya melakukan bore-up.

Pada dapur pacu, Topo memasang piston Yamaha Scorpio yang berdiameter 70 mm. Penggantiannya ini membuat kapasitas mesin terdongkrak menjadi 222,3 cc. Untuk karburator dipakai yang model racing, yakni Keihin PE 28.

Karena motor konsep, tampilan harus terkesan modern, dan Topo ingin kesan itu ada di kreasinya. Makanya, seperti spidometer, dipakai yang berkesan up-to-date. Peranti digital ini tambah keren jika penempatannya pas dan lebih menarik.

Satu hal yang dibanggakan adalah penempatan kunci kontak yang beda dari biasanya. Mengenai velg yang berkelir hitam, untuk bagian belakang, dipakai punya Aprilia. Adapun disc brake dicomot dari Suzuki Satria F-150 dan setang dipilih dari merek Kawasaki Ninja.

Yamaha V-ixion Dimodifikasi untuk Touring Jarak Jauh

Seperti apa sih motor yang ideal untuk diajak touring jarak jauh? Nih, kebetulan Dede Ridwan sedang mempersiapkan Yamaha V-ixion untuk mewujudkan ambisinya melakukan perjalanan panjang. Rutenya tidak kepalang tanggung jauh, start dari Sabang, dan finish di Merauke. Mau tak mau, standar motor berlambang garputala berjenis sport ini harus diubah ke gaya touring.

Motor pun diserahkan ke rumah modifikasi Tauco Custom (TC). Suspensi standar depan dan belakang masih dipertahankan karena, menurut Topo Goedhel Atmojo dari TC, si pemilik motor enggak pede sama shockbreaker limbah. Namun, lengan ayun harus dirombak agar bisa dipakai ukuran ban lebih lebar dari standarnya yang cuma 110.

Akhirnya, swing-arm standar V-ixion di-custom ulang dan ban ukuran 140 bisa masuk. Lengan ayun baru ini, selain lebih ngangkang, juga tampak kokoh karena dimensi jadi besar.

Untuk mendapatkan kenikmatan selama touring, posisi riding sangat menentukan. Makanya, selain rangka di-custom ulang, desain jok juga dibuat sesuai dengan postur pengendara. Malah, bagian itu dibuat lekuk yang cukup dalam dengan fungsi menahan pantat pengendara.

Memang, ubahan ini bikin motor jadi terkesan menungging dan membuat posisi duduk penumpang menjadi terlalu tinggi. Namun, rencananya, Dede melakukan touring sendirian.

Ubahan lainnya tampak pada setang. Di sini, Topo mengadopsinya dari Kawasaki Ninja. Begitu juga lampu belakang. Bila selama ini pemodifikasi banyak memilih Bajaj Pulsar, TC menjatuhkan pilihannya pada milik Bajaj XCD 125. "Hal ini karena menyesuaikan desain buntut yang nungging," sebut Topo yang mengganti knalpot standar dengan karya desainnya.

Tuesday, March 10, 2009

Honda Bulldog yang Bercula

Anjing jenis bulldog kalau dilihat dari depan tampangnya jelek banget, tetapi terkesan galak. Nah, Agus Djanuar dari rumah modifikasi XK Bike Design Purwokerto, Jawa Tengah, telah memodifikasi Honda GL Pro 1997 berparas bulldog.

Kebayang dong kalau ditatap dari depan sampai ke samping kesangarannya. "Bertema bulldog dengan ciri penuh di depan dan minimalis di belakang," jelas Agus. Boleh jadi, karyanya itu sebagai virus baru di 2009.

Perombakan GL Pro dilakukan oleh kru XK Bike Design, Wawang Cool, yang sudah ngelotok di soal permak bodi dengan bahan fiberglass. Hebatnya, karyanya itu gabungan bulldog dengan streetfighter West Jateng Style (WJS). Di sini ditonjolkan bentuk dan guratan runcing sebagai tekstur kontur. Ciri utamanya, tegas Wawang, kontur menyiku dan cenderung lancip serta shroud yang penuh menutupi bodi hingga ke arah depan.

Ciri kental WJS berupa tangki kecil masih kuat menempel di GL Pro. Menariknya, desain penyimpan bahan bakar ini unik, yakni ada cula seperti pada badak. Lebih spesifiknya, seperti pegangan tangan pada kuda rodeo. Pada tangki itu bukan sekadar variasi, fungsinya sebagai corong filter.

Apa tidak mengganggu saat berkendara. Justru, dengan memakai setang model lurus yang panjang hanya 80 cm, lebih mudah handling-nya. Materialnya menggunakan Indonesian Steel Tube Work.

Kreasi menarik lainnya, coba lirik lampu belakangnya. Dengan buntut yang pendek menjadi manis dipakai lampu dari Honda CS-1 yang cocok dan pas. Bukan sekadar pemanis saja, tetapi tetap fungsional dan punya estetika. Sayangnya, bulldog GL Pro ini berubah sifat menjadi egois, tanpa bisa membawa penumpang.