Thursday, July 9, 2009

Honda Tiger Gundala Putra Petir

Ada tiga hal yang menarik dari modifikasi pada Honda Tiger milik Kristiawan asal Cilacap, Jateng. Pertama, tampilan bergaya streetfighter yang kekar. Kedua, bagian tertentu di bodi dipenuhi halilintar bagai petanda hendak hujan. Dan ketiga, jika hujan justru pengendaranya enggak berani jalan.

Ripto dari Ripto's Modification ketika mengubah bentuk motor 'lawas' (1997) menjadi streetfighter kental dengan gaya West Jateng Style (WJS). WJS begitu mononjol dengan desain yang mengembang di sekitar bagian tengah dan bawah. Macam ciri Bulldog yang berbadan besar di depan dengan buntut kecil.

Kristiawan suka sama model WJS lantaran desain runcing dan lancip punya kesan detail dan tegas. Nyambung keinginan pemilik, Ripto coba berkreasi dengan memberi sudut kontras, seperti tangki dibikin tegas. Supaya selaras sama shroud tangki yang rada panjang, maka Ripto mengikuti gaya Benelli yang punya dada besar.

Sesuai dengan model WJS, gaya Bulldog seperti ini akan menambah beban center gravity lebih kuat di depan. Sehingga handling lebih enak saat digeber.Titik berat yang lebih ke depan juga bikin handling kian mantap kala bermanuver hebat.

Desain jok tunggal yang terpisah dengan sepatbor semakin menguatkan kesan streetfighter. Hanya, jadi repot kala disiram hujan. Desain sepatbor yang secuil menutupi ban akan menyiprati bagian belakang pengendara.

Kreasi lain, bisa dilirik bentuk knalpot. Pendek dan nongol di kolong, sangat kompak dengan bentuk dan kehalusan bodi. Meski, secara fungsi tidak diketahui.

Yang menarik, dalam mewarnai motif di bodi. Kristiawan terinspirasi dengan komik Gundala Putra Petir yang sangat kuat rona hitam kombinasi silver plus motif halilintar.

Untuk kaki-kaki, Wawan—sapaan karib Krisstiawan—pilih X-K Bike Design, Purwokerto. Rumah produksi ini mahir soal konstruksi kaki, terutama bergaya streetfighter. "Kaki depan dijelali sokbreker Honda CBX lawas tipe teleskopik," papar Agus DJ.

Agar sesuai pemilihan kaki-kaki, untuk lengan ayun (swing arm) dipasang dari limbah Suzuki GSX750 yang punya tongkrongan besar dan kokoh. "Supaya sinergis dengan bentuk depan, di samping itu bagian belakang jadi tampak mantap," lanjut Agus DJ.

Wednesday, July 8, 2009

ZX600 dan Ninja 250R Menyatu Dalam Bodi Honda Tiger

Seperti apa jadinya jika Honda Tiger dimodifikasi perpaduan Kawasaki ZX600 dengan Ninja 250R? Ya, seperti yang terlihat ini. Hasil karya sempurna dari Atang 'Bodong' Setiawan, selain mengawinkan dua model berbeda, juga sukses menyesuaikan dimensi bodi.

Bolt-on
Sebagai pemilik rumah produksi bodi fiberglass di Karawang, Jawa Barat, sudah bisa ditebak, bahan apa yang digunakan dalam perubahan sekujur badan Tiger 2004 itu. Jadi, enggak perlu dipertegas soal material, kecuali konsepnya.

"Konsepnya bolt-on karena nantinya bodi ini tetap bisa dipakai orang lain kalau ada yang pesan," ungkap Bodong. Ini termasuk penggunaan uni-track dan lengan ayun. Kedua komponen itu enggak diambil dari limbah, tetapi produk variasi. Dengan begitu, kata Bodong, ketika mau balik ke standar jadi gampang.

Sesuai pengalaman, Bodong tidak mau memaksakan ubahan bodi model zaman dulu, yaitu fairing full set dengan kondom tangki yang dicetak sesuai ukuran moge sehingga ketika dipasang ke Tiger hasilnya jadi kedodoran.

Di sini, karya Bodong kompak sekali. Tak ada tekukan bodi berlebihan. Garis desain fairing dan buntut sangat sesuai dengan sasis standarnya yang memang sport kecil. Meski sebagai pendatang baru di soal pembuatan bodi dengan fiberglass, namun ini merupakan inovasi.

Kalau ada yang berminat mengubah tampilan Honda Tiger seperti di gambar ini, gampang sekali pemasangannya. Sebab, untuk fairing dan buntut baru, itu masih memanfaatkan braket lama. Nah, soal harga, tinggal merogoh kocek sekitar Rp 2,5 juta, sudah bisa mendapat ubahan bodi berikut braketnya.

Tuesday, July 7, 2009

Wuih! Honda Tiger dengan Monoshock di Samping

Nih, satu lagi terobosan modifikasi. Masih di soal sokbreker. Bila dari Pontianak seperti yang ditampilkan pertengahan Juni lalu, peranti itu ditempatkan di bawah mesin, yang satu ini monoshock dengan posisi di samping. Builder-nya adalah Abdul Aziz dari A1 Modified yang bermarkas di Magetan, Jawa Timur.

Dalam memodifikasi Honda Tiger Revo 2008, Abdul mengaku terinspirasi Aprilia Shiver 750. Makanya, hasilnya diupayakan semirip mungkin, termasuk penempatan suspensi monoshock ke samping. "Harus diperhatikan kekuatannya, baik shock maupun rangkanya," papar Abdul yang takut kreasinya patah dua bagian.

Makanya, untuk pegangan shock yang bawah ke swing-arm diperkuat dengan pelat tebal lebih dari 1 mm. Bentuknya, pelat kotak. Adapun, kata Abdul, yang di atas ke rangka. Kalau mengandalkan rangka standar bisa-bisa bengkok. Karena itu, lanjutnya, bagian itu harus ada penguat. "Ada semacam pipa tubular dari tengah sampai depan. Itu bukan hanya buat tampilan, tapi benar-benar berfungsi," beber Abdul yang memakai pipa berdiamater 1 inci.

Untuk shock-nya diambil dari limbah moge Suzuki GSX750, sementara yang depan, model upside-down murni karya A1 Modified. Hanya as bawah yang pakai punya Tiger. Selebihnya, tabung, batang, hingga segitiga buatan tangan. Akan lebih rapi jika jalur selang tertata rapi.

Selain shock depan yang bikinan sendiri, seluruh bodi boleh dibilang full custom dengan mengandalkan bahan pelat 0,9 mm. Boleh percaya boleh tidak, pelat yang digunakan Abdul dari limbah kaleng tiner cat.

Menjadi sempurna hasil tangan terampil Abdul seandainya selang di depan ditata lebih rapi. Bagaimanapun, keberanian Abdul bermain di suspensi menjadi teroboson tersendiri.

Monday, July 6, 2009

Honda Monster dari Magetan

Kalau saja logo sayap mengepak di tangki dan tulisan Honda enggak ada, Anda pasti menebaknya Ducati karena ciri kental dari motor Italia ini terletak pada "tulang" yang membentang dari bawah tangki sampai jok berwarna oranye tua. Tidak salah.

Abdul Aziz, sang modifikator dari A1 Modified dari Magetan, Jawa Tengah, mengaku mencontoh Ducati Monster 696. Itu tergambar dari tangki dan kerangka tubular. Meski menggunakan pipa teralis berdiameter 1 inci dan lagi pula tidak berfungsi sebagaimana aslinya di Ducati. Namun, Abdul membuatnya semirip mungkin.

Kecuali pipa dari bagian tengah ke belakang bukan sekadar pemanis, tetapi punya tugas sebagai penguat bodi, sedangkan kerangka depan masih bawaan standar.

Inspirasi Monster terus menjalar ke buritan yang menutupi ujung jok sehingga membuat tampilan menjadi single seater. Sayangnya, finishing-nya sedikit kurang rapi karena masih ada celah antara jok dan buritan yang terbuat dari bahan fiber itu.

Begitu juga dengan cover mesin yang terpaksa harus ditutup karena dapur pacunya sangat kecil. Rancangannya yang kaku, timbul kesan berat di bawah. Kendati begitu, ada terobosan dari Abdul Aziz untuk sistem saluran buang.

Perhatikan desain knalpotnya. Kaki pengendara bisa tersengat panas, justru sudah dieliminasi dengan bahan aluminium yang berasal dari komponen mesin foto kopi. "Di dalam mesin itu kan ada tabung roll dari aluminium dan ternyata bagus dijadikan knalpot lantaran tahan panas," bangga Abdul.

Hebatnya, sekalipun sudah menempuh perjalanan jauh, knlapot masih bisa dipegang, meski diakuinya agak hangat. Terus, pada bagian depan dikasih radiator-radiatoran.

Untuk model lampu depan, Abdul terinspirasi sama Yamaha MT. Lampu diambil dari Honda Revo.

Oh, ya! Ada yang kelupaan. Setelah cerita panjang lebar, apa basis motor ini?
Jawabannya, Honda GL Pro 1995.

Sunday, July 5, 2009

Yamaha Scorpio dengan Lengan Ayun dan Shock Unik

Coba kamu perhatikan betul-betul Yamaha Scorpio dari Pontianak ini. Kalau tampilan, jelas berubah total, plus dipadu dengan motif kelir bunga api. Namun, justru bukan itu yang menjadi kelebihan dari produk Jepang produksi 2004 ini.

Ada beberapa keistimewaan dari modifikasi yang dilakukan oleh Agus Salim. Bahkan, dua di antaranya tercatat sebagai 'terobosan' dari keberanian sang builder. Apa itu?

Sokbreker unik
Lirik deh, lengan ayunnya. Agus sengaja menyematkan limbah Honda VFR800, pertimbangannya agar tampilan menjadi ekstrem. "Apalagi velg VFR sangat lebar," katanya, dan pro-arm tunggal ini tercatat berdimensi terbesar hingga saat ini.

Untuk penyesuaian, mau tak mau velg belakang dipasang yang ukuran 6 inci, sedangkan depan 3,5 inci. Dengan begitu, tampilannya terlihat sangat menyolok, apalagi pada velg palang di belakang diberi kelir merah. "Biar orang makin ngeh dengan adanya barang langka ini," bangga Agus.

Meski Agus mengakui, saat pemasangan tidak semudah membalik telapak tangan, karena lebar arm yang 29 cm sudah melebihi ruang standar, solusinya, bagian rangka dibuat lebih ngangkang.

Lantas, apa keunikan keduanya? Pindah tatapan Anda dari pro-arm ke sokbreker. Dengan konsep monosok, umumnya bagian itu ditempatkan di depan roda belakang. Persisnya, di atas bagian belakang mesin dengan posisi, kalau tidak berdiri, ya vertikal.

Namun, di sini Agus memperlihatkan keberaniannya melakukan terobosan. Posisi sokbreker 'tidur' dan berada di bawah mesin. Nongol lagi dari pipa knalpot. Agus menggunakan punya Yamaha R1. "Hanya sekadar eksperimen. Yang pasti bikin penasaran orang," ujar Agus yang semula ingin memakai milik Honda VFR untuk peredam kejutnya.

Sukseskah? Ternyata, ketika dibawa jalan, pegangan bagian depan (atas) patah lantaran beban kerja terlalu berat. "Untuk menahan kerjanya, breket depan harus menggunakan pipa padat," sebut Agus. Sebelumnya pakai pipa kosong dan dengan pipa padat ukuran 3/4 inci jadi kuat.

Urusan kaki-kaki, untuk depan—komplet berikut segitiga dan setang—dicabut dari Suzuki Hayabusa 1.300 cc. Bentuk setang sangat sporty, yang menjadi pertimbangan Agus.

Pada mesin, tidak ada ubahan radikal. Pemasangan oilcooler dari Yamaha XJR karena tuntuan fashion. Begitu juga pemilihan karburator PWK38 dari KTM400, "Buat tampilan saja," tutup Agus.

Saturday, July 4, 2009

Fitur-fitur Menarik TVS RockZ 125

Sebagai pendatang baru, TVS cukup jeli mengoda hati konsumen motor Indonesia. Caranya, menawarkan fitur-fitur yang belum pernah diaplikasi pada motor bebek standar pabrik. Salah satunya adalah IMS (intergrated music system). Hebatnya lagi, menurut Ravi Kharul, Wakil Presiden R&D TVS, fitur ini hanya pasang pada TVS RockZ yang dipasarkan di Indonesia. “Di India tidak ada. Selera orang Indonesia cukup unik,” jelasnya. Ketiga ditanyakan, IMS bisa membahayakan pengendara, Ravi hanya tersenyum. “Asalnya jangan terlena saja!” balasnya.

Sebelumnya, IMS ini diuji dari pengaruh lingkungan dan cuaca . Misalnya, air karena motor kehujanan, debu dan pengaruhi terhadap jalan tidak rata. Pengujian tersebut dilakukan di laboratorium TVS India. Juga kemungkinan air atau debu masuk ke dalam slot USB, RCA dan charger yang diberi penutup.

Flash Disk. IMS pada TVS RockZ tidak dilengkapi dengan memori untuk menyimpan data atau file lagu dalam format MP3. Sebagai penggantinya, cukup dengan menggunakan USB flash disk . Nah, file lagu-lagu pada flash disk inilah nanti yang bisa dimainkan atau payback.

Untuk mengontrol atau memilih musik atau radio, termasuk pengaturan volume, mencari lagu, disediakan tombol di tengah. Posisinya cukup mudah dicapai. Masalah yang cukup mengganggu, pemilik RockZ tentu saja tidak bisa memasang bagasi di bagian ini atau menaruh barang di atasnya.

Cara terbaik mendengarkan musik atau radio, tentu saja dengan menggunakan earphone yang langsung dimasukkan ke lubuang telingga. Bila tidak, tentu saja akan mengganggu ketika helm dipasang.

Pengaman Ganda. Cukup kreatif. Pertama, dilengkapi dengan tombol yang berada di bawah jok. Pastinya, tidak mudah bagi maling untuk menghidupkan mesin. “Butuh waktu bagi atau proses mengidupkan motor jadi lebih lama,” jelas Benny Widyatmoko, GM TVS Indonesia.

Pengaman kedua adalah kunci stand tengah. Dengan kunci aktif, stand tengah tidak bisa melipat. Kondisi ini tentu saja akan menyusahkan bagi maling karena roda belakang tidak menyentuh permukaan jalan. Dipastikan pula, juru parkir tidak bisa mengeser motor ini dengan mudah.

Lampu LED Boks. Tak kalah kreatif, pada bok, dilengkapi lampu LED yang memberi penerangan. Lampu ini akan hidup secara otomatik bila sadel diangkat.

Fitur lain adalah iRide, iEcono, iStart dan iCharger. iRide, kopling ganda untuk mempercepat kemampuan motor ini melakukan sprint. iEcono, indikator yang memberi tahu pengendara, RockZ-nya melaju dengan pemakaian bahan bakar yang irit. iStart, memberi tahu pengendara, motornya sudah bisa dijalankan dan tak perlu lagi dipanaskan.

Peredam Kejut Gas. Kendati masih menggunakan peredam kejut ganda di belakang, keduanya dilengkapi dengan kanister gas nitrogen dengan peredaman yang lebih nyaman. Padahal, kalau dibeli terpisah, harganya cukup mahal.

Fitur lain yang juga dibanggakan TVS adalah knalpot dengan penampang berbentuk delta. Menurut TVS, RockZ adalah bebek pertama yang menggunakan knalpot model ini di Indonesia.

Kesimpulan. Kendati hanya sempat mencoba RockZ mengelilingi pabrik TVS dua kali, kesan yang diperoleh: s:uara mesin halus dan gesit diajak bermanuver. Postur, bila dilihat dari sadel, tampak kekar, tetap dari depan atau belakang, tampak ramping.

Saat digenjot, RockZ cukup bertenaga dan agresif pada setiap gigi. Pengoperasian tombol-tombol mudah dan mulus. Di samping itu, indikator pada panel instrumen mudah dibaca.

Cukup menarik, indikator posisi gigi berbentuk bulat dengan”N” atau netral di tengahnya. Sedangkan indikator bensin dan odometer ditayangkan dalam bentuk digital. Semua itu memberi kesan, RockZ adalah bebek sporty dan modern.

Kendati begitu, kualitas pengelasan beberapa komponen masih harus ditingkatkan! Dengan demikian, seperti yang dikemukakan K. Vijaya Kumar, Direktur Penjualan dan Pemasaran TVS di Indonesia, “Saat ini, kami mengutamakan kualitas produk dan bukan mengejar pangsa pasar,” bisa dibuktikan!

Spesifikasi
Mesin
Tipe
4-langkah, SOHC, 1-silinder
Pendingin
Udara
Kapasitas
124,5 cc
Diameter x langkah
57 x 48,8 mm
Perbandingan kompresi
9,3: 1
Tenaga maks.
9,8 PS @7.500 rpm
Torsi maks.
9,8Nm @5.500 rpm
Sistem pasokan bbm
karburator
Sistem starter
Elektrik dan kaki
Pengapian
Digital CDI
Sistem kelistrikan
12V, AC, magneto
Batere
12V/4Ah
Lampu depan
Halgogen 30/30
Pemindah tenaga
Kopling
Ganda, basah, sentrifugal
Transmisi
4 percepatan
Sasis
Suspensi
Depan
Teleskopik, monotube, gas
Belakang
MIG
Rem
Depan
Cakram, piston ganda
Belakang
Teromol
Ban & pelek:
Depan
Belakang
2,5 x 17
Kapasitas tangki bensin
4 liter
Dimensi
Panjang x lebar x tinggi
1.940 x 1.078 x 665 mm
Jarak sumbu roda
1.260 mm



Friday, July 3, 2009

Yamaha Mio Bordes, Pijakan Kaki Tak Boleh Diinjak

Virus low rider umumnya telah merasuk ke tubuh para modifikator, untuk kemudian dipraktikkan pada skutik, ditambah pemakaian ban superlebar atau kerangka tambahan yang menjulur di atas dek sebagai terobosan.

Namun, Siswo Winoto coba memainkan jurus baru dalam memodifikasi Yamaha Mio 2008 ini. Selain itu, karyanya ini juga dipersiapkan untuk ikut kontes yang digelar Motor Plus kerja bareng Yamaha di beberapa kota, mulai pertengahan Juli mendatang.

Dari gerai Win's Paddock yang bermarkas di Purwokerto, Jawa Tengah, itu tampilan standar Yamaha Mio berubah jadi ramping. Paling menonjol, perhatikan tatakan kaki atau dek (bordes). Dirancang miring dan sejajar sama buritan.

Uniknya, dek di sini berubah fungsi. Bukan lagi sebagai penyangga kaki yang oleh Siswo sudah dibikinkan pijakan khusus. Fungsinya sebagai airscoop yang dibuat dari bahan fiberglass. "Bagian ini enggak boleh diinjak, makanya dikasih dudukan kaki yang modelnya rada unik khas balap," ujar lajang kelahiran 1985 ini.

Anto, sang pemilik motor, mengaku puas dengan tampilan skutik beraliran streetbike yang nyentrik ini. Kesan sangar tecermin dari kekuatan frame dan tampilan dinamis. Ciri racing look juga ditonjolkan lantaran si pemilik doyan ngebut.

Sudah begitu, tameng dipangkas tinggal separuh menjadikan tampilannya lebih sporty dan simpel. Lampu depan dibikin lebih sipit dengan sambungan fiberglass. Tak cuma itu, bodi dipotong biar terondol.

Sedikit pusing kala harus memindahkan tangki karena desain belakang lancip ala MotoGP. Solusinya, kata Wiwin, tangki dipindahkan ke bagasi depan yang dibikin dari fiberglass yang bisa menampung 4 liter.

Thursday, July 2, 2009

Yamaha V-ixion Berbodi "Break Dance"

Tidak terintegrasi. Begitulah tampilan dari Yamaha V-ixion 2007 milik Iswantoro Adi di Jakarta ini. Kesan rancangan bodi yang "patah-patah" bak tarian break dance pada era 1980-an diperkuat dengan pemakaian warna merah pada bagian tertentu saja. Bisa begitu lantaran Topo Goedhel Atmojo, sang builder telah melakukan beberapa inovasi.

Apa saja sih? Coba lirik deh tangkinya. Menurut Topo, bagian itu dibuat dengan tingkat kesulitan cukup tinggi karena di kedua sisi ada semacam airscoop dan menjadi satu kesatuan dengan tangki. Kesulitan lainnya adalah ketika menyeimbangkan bagian kiri dan kanan.

Kalau sistemnya lepasan, aku Topo, mungkin akan lebih gampang. Lagi pula, bahannya menggunakan pelat galvanis 0,8 mm. Untuk memperlihatkan keseriusan dalam menggarap, sisi detail ditonjolkan lewat cat gradasi. Konsekuensinya ya itu tadi, terkesan jadi tidak rapi.

Inovasi lainnya, pindahkan lirikan Anda ke buritan. Selama ini, knalpot yang hanya sebagai tambahan atau lepas dari bodi, oleh Topo dibuat menjadi bagian dari bodi. Makanya, katanya, knalpot dibuat sebelum pembuatan bodi total.

Karena itu, sistem saluran pembuangan diberi cover yang desainnya mengikuti bodi. Jadi, antara knalpot, cover, dan behel mempunyai harmonisasi dalam segi desain," ungkap Topo. Menariknya, meski ada bagian yang "patah", seperti terlihat di bawah sadel, namun konsepnya terinspirasi dari Aprilia Shiver 750.

Padahal, dari segi tampilan tak kalah sama Aprilia. "Hanya beda di mesin dan deltabox dari Shiver," bela Adi sambil tersenyum puas. Ia jadi pede menunggangi Yamaha V-ixion, bahkan pergi ke cafe sekalipun.

Wednesday, July 1, 2009

Minerva Sachs GTR 150, Skutik Berpostur Bebek Sport

Pangsa pasar sepeda motor Indonesia yang sangat besar membuat berbagai pelaku bisnis ingin memasuki arena ini. Salah satunya adalah Minerva Sachs yang dirakit dan dipasarkan oleh PT Minerva Motor Indonesia (MMI).

Tahun lalu, perusahaan ini telah memasarkan Minerva Sachs Mad Ass 125 dan Sachs 250. Jumat (19/6) malam, MMI menambah satu lagi produknya, yaitu Minerva Sachs GTR150. Produk baru ini sekilas mirip bebek atau underbone sport. Namun, MMI mengklaimnya sebagai skuter otomatik (skutik) sport.

“GTR150 adalah terobosan, skuter sport matik pertama yang dibuat Minerva Sachs. Juga yang pertama di Indonesia,” klaim Kristianto Gunadi, Presiden Direktur MMI, baik pada pidato, maupun rilis yang diberikan kepada wartawan.

Bebek Sport. Dari postur, Minerva Sachs ini berbeda jauh dengan skuter yang ada saat ini. Tidak ada ruang kosong di depan pengendara atau dek rendah buat kedua kaki pengendara. Selain itu, bagian bawahnya dilengkapi pula dengan tameng samping. Rangka dari pipa dibiarkan telanjang, plus tangki bahan bakar di dalamnya.

Gaya mengendara sama dengan motor bebek atau sport. Pasalnya, kaki pengendara ada di samping dan menggunakan penyangga kaki.

Perbedaan lainnya adalah kapasitas tangki bensin yang dapat menyimpan 8,7 liter. Bandingkan dengan skutik yang ada saat ini, yang cuma bisa diisi 3,5 liter bensin.

Lainnya, bila skuter menggunakan roda berdiameter lebih kecil, Minerva ini punya ukuran yang sama dengan bebek, yaitu 17 (depan) dan 16 (belakang). Ukuran bannya juga besar, yaitu 17-110/70 di depan dan 16-100/70 di belakang.

Bagian belakang, yaitu sepatbor bergaya sport, model “nungging”. Begitu juga dengan jok. Namun, untuk boncengan, dipastikan kurang nyaman karena posisinya yang lebih tinggi dari pengendara yang berada di depannya.

Dengan kombinasi komponen tersebut, sosok Minerva Sachs ini benar-benar kokoh, besar, dan tampil lebih sporty dan dinamis. Identitas skuter justru hilang. Harga yang ditawarkan juga tak berbeda jauh dibandingkan bebek sport Jepang, Rp 17,6 juta (on the road) untuk Jakarta dan sekitarnya.

Dengan menampilkan produk seperti ini, Minerva membidik segmen khusus, terutama anak muda yang senang tancap gas, tetapi tidak mau repot gonta-ganti gigi. “Kita tidak mau bermain di segmen yang sama dengan produk yang sudah ada, terutama Jepang. Kita menawarkan sesuatu yang berbeda,” ungkap sumber resmi Minerva tentang segmen konsumsi yang dibidik untuk GTR 150 ini.

CVT. Kalau pun ada bagian yang bisa disamakan dengan skutik, hanya pada sistem transmisi. Untuk ini, GTR 150 ini menggunakan CVT (continuously variable transmission) yang memindahkan tenaga dari mesin ke roda. Mesin berpendingin air, berkapasitas 152 cc berada agak ke depan, sejajar dengan footstep samping.

Seorang wartawan otomotif yang sempat mencoba dan melongok pabriknya, di Celeungsi, Jonggol, menceritakan, tenaga mesin cukup. Namun, pada putaran rendah agak payah. Sementara itu, data yang diberikan kepada wartawan kurang lengkap, tak dicantumkan bobot totalnya.

“Ini baru soft-launch. Nanti September baru diluncurkan secara resmi,” ujar sumber resmi Minerva. Kendati demikian, peluncuran yang dilakukan seminggu setelah Jakarta Fair berjalan tersebut sudah memasang target penjualan.

“Target, 1.000 unit per bulan atau 12.000 setahun. Khusus selama Pekan Raya Jakarta, kami yakin bisa menjual 500 unit,” ungkap Kristianto Goenadi pada rilisnya. Dengan produk baru ini, MMI bisa menjual 84.000 unit kendaraan roda di Indonesia atau naik sampai 16 persen.

Spesifikasi
Mesin
Tipe

4-langkah, satu silinder

Pendingin
Air
Kapasitas
152 cc
Tenaga maks
12 PS
Sistem pasokan bahan bakar
Karburator
Transmisi
CVT
Rem: depan & belakang
Cakram
Kecepatan tertinggi
124,6 kpj
Kapasitas tangki
8,7 liter
Konsumsi bahan bakar
35 km/liter

Informasi lain GTR150:

  1. Dirakit di Indonesia dengan komponen didatangkan dari Minerva Sachs Thailand dan Taiwan.
  2. Saat ini kandungan lokal 15 persen dan nantinya akan ditingkatkan 40 persen.
  3. Dirancang oleh Acerbis, Italia.
  4. Emisi gas buang Euro-3.
  5. Spidometer digital. Namun, takometer tampil bergaya analog (jarum) dengan dasar putih.
  6. Lampu depan tipe proyeksi, dipasang pada tameng depan, terdiri dari dua bagian, kanan dan kiri.
  7. Penempatan lampu depan disatukan dengan sein depan.
  8. Lampu rem belakang tipe LED.
  9. Tutup tangki berada di depan.