Tuesday, January 27, 2009

Vega ZR Masih Kalah Gesit Sama Sang Kakak

Saat Yamaha Vega ZR di-launching di arena pameran motor di JCC awal Desember lalu, ada yang istimewa. Selubungnya dibuka Wakil Presiden PT Yamaha Motor Kencana Indonesia Ir Dyonisius Beti, MM, dan satu tamu istimewa dari Spanyol, Jorge Lorenzo, pembalap MotoGP dari tim Fiat-Yamaha yang memang diundang datang ke Jakarta.


Seperti apa spesifikasi bebek berkapasitas 113,7 cc ini sudah dipaparkan di Kompas.com beberapa waktu lalu, secara lengkap. Apa saja perubahan dari model sebelumnya, Vega R yang kapasitas dapur pacunya lebih kecil 3,4 cc, keduanya dites bersamaan oleh Motor Plus.

Dari segi ergonomi, Vega baru ini lebih nyaman dan posisi pembesut yang memiliki tinggi 180 cm tidak mengalami kendala, apalagi sudut setang lebih ke dalam (dekat dengan badan pengendara), menjadikan handling lebih lincah dan sigap melintas di kemacetan lalu lintas.

Ada sedikit harapan kalau ZR dengan tampilan lebih sporty bisa mengimbangi Vega lama. Kenyataannya, akselerasi sedikit lebih lambat untuk mencapai kecepatan puncak. Bahkan ketika digeber di trek lurus sejauh 800 meter, jarum spidometer tidak bergerak naik melebihi 100 km/jam. ZR malah terkesan kurang responsif ketimbang mesin yang lama.

Bukan mengada-ngada, buktinya saat dilakukan pengujian akselerasi dengan alat ukur Vericom VC3000, Vega R lebih unggul. Untuk kecepatan 0-60 km/jam ditempuh ZR 8,01 detik dengan jarak 86,9 meter, sedangkan Vega R lebih cepat lagi, 5,49 detik (61 meter).

Ketika diajak berakselerasi sejauh 201 meter, Vega R tetap unggul. Jarak segitu dicapai 12,87 detik dengan kecepatan tertinggi 81,9 km/jam, sementara bebek baru 13,62 detik dengan kecepatan 72,7 km/jam.

Waktu tempuh dan kecepatan tertinggi sedikit berimbang kala masuk tes akselerasi menengah, 40-100 km/jam. Vega R mencatat 8,21 detik dengan kecepatan 65,7 km/jam, ZR 8,26 detik (67,8 km/jam).

Selain akselerasi, kedua Vega diajak putar-putar untuk mendapatkan konsumsi bahan bakar. Supaya adil dan imbang, pengujian dilakukan di lintasan dengan orang yang sama. Artinya, tetap pada perlakuan yang sama.

Dimulai dengan Vega R. Tabung bahan bakar sebagai pengganti tangki diisi premium 100 cc diajak jalan dengan kecepatan 60 km/jam. Kondisi lintasan bervariasi, ada 'stop & go', jalanan tanjakan, dan turunan. Setelah menempuh 3,5 km, bensin di tabung dan karburator kering. Berarti, untuk 1 liter bensin ditempuh sejauh 35 km.

Giliran ZR dengan 100 cc melintasi trek yang sama menempuh jarak lebih jauh 1,1 km. Berarti, untuk satu liter bensin bisa melesat sejauh 46 km. Jauh lebih irit 11 km untuk satu liter bensin.

Silakan pilih, Vega ZR atau R./

Yamaha RX King dengan Pro Arm

Motor sport yang kencang, gesit, dan lincah. Itulah karakter dari Yamaha RX-King yang begitu melegenda sebagai raja di kategori motor 2 tak. Kelebihan itu yang coba dipertahankan Koh Awi ketika memodifikasinya agar tampilannya lebih macho dan futuristik.

Karena itu, seperti tangki bahan bakar, oleh Budi Udin Fakkar dari Jatayu Motor Sport yang memodifikasinya, tetap dipertahankan keasliannya. Namun, Budi menambahkan kaca kecil di sisi kiri tangki untuk memonitor persediaan bahan bakar. Kemudian, tutup bak kopling dibuat transparan. "Selain menambah keunikan, juga bisa memantau kekotoran oli," jelas Budi.

Keunikan lain dari RX-King tampak pada sistem kaki-kakinya yang dibuat lebih modern. Seperti shockbreaker depan diubah model upside down dari Aprilia. Di bagian ini juga dipilih diameter as shock tidak terlalu lebar, hanya 40 mm sehingga tidak merusak tema.

Sementara itu, sistem suspensi belakang mengikuti desain dari Honda NSR 150 SP, menganut single arm (pro arm) plus monoshock. "Dengan kata lain, jadi lebih up to date tanpa menghilangkan ciri RX-King. Juga sesuai harapan customer," tambah Budi.

Kesan RX-King sebagai motor sport yang kencang diperkuat oleh Budi dengan penggunaan knalpot racing. Lalu, desain tempat duduk yang tunggal ditambahi buritan lancip ala MotoGP, dan tampilan kian gahar dengan memakai cat Spies Hecker dengan seri red Ferrari.

Suzuki Mad Ass dari Semarang

Menyontek tidak haram hukumnya, apalagi tujuannya buat penampilan dan mengikuti perkembangan. Seperti dilakoni Steven dari Semarang ini. Pria asal kota lumpia ini begitu kepincut sama motor Minerva Mad Ass. Kebetulan, ia punya Suzuki RC100 produksi 1990, dan meminta Sahid Modif and Paint (SMaP) Semarang, Jawa Tengah, untuk membuatnya menjadi seperti bebek telanjang itu.

"Tapi enggak jiplak total, ada yang dibuat beda dan tentunya lebih bagus," jelas Steven. Makanya, Sahid, sang modifikator, tak begitu sulit untuk memenuhi keinginan Steven. Terutama pada segi bodi karena bahkan Mad Ass tidak mengenakan baju.

Konsentrasi utama Sahid pada kerangka. Sasis, katanya, dibuat ulang menggunakan pipa besi ukuran 2,5-3 inci. Ini disesuaikan dengan ukuran dan bobot mesin. Mantapnya lagi, pipa itu sekaligus dibentuk menjadi tangki bahan bakar dan wadah oli samping.

Pemakaian pipa besi tampak pada lengan ayun (swing arm). Penggantian ini untuk mendapatkan bobot lebih ringan. Sistem peredam bagian belakang diubah jadi tunggal. Namun, sudut kemiringannya, kata Sahid, harus pas. Jika tidak, dampaknya pada rebound menjadi keras.

Sekalipun motor telanjang, lantas tak berarti penggarapannya gampang. Justru dengan terbuka itu dituntut kerapian dan keserasian dalam menempatkan komponen lainnya. Seperti aki, misalnya, dibuat tempat khusus di bagian bawah, tepatnya di belakang mesin. "Memang sih penempatan di situ agak sedikit rawan karena jalanan di Semarang rawan banjir. Tapi selama air tidak menenggelamkan mesin, masih aman," yakin Sahid.

Yang bikin tampilan Suzuki RC100 jadi gahar, setangnya bikinan AHRS bergaya trail, lampu utama didesain tersusun dua. Kemudian, sistem penghenti laju, baik depan maupun belakang, sudah memakai cakram. Malah yang depan sangat besar dan mengesankan kalau motor ini punya tenaga hebat. Dipertegas lagi dengan pemakaian knalpot ala racing.

Siapa Berani Mengusap Honda Vario Ini?

Soal modifikasi skubek, Bandung termasuk salah satu kota yang kreatif. Lihat saja Honda Vario 2008 milik Rony Lubis ini, bentuknya menyerupai moge asal Amerika, Harley–Davidson (HD). Makanya, tema modif yang diusung skubek berlambang sayap mengepak itu Harley Rockabilly. Apaan tuh!

Tapi, siapa yang berani mengelus-elus bodi atau setangnya? kalau tak ingin tangan terluka. Bahkan kalau meleng, bukan tidak mungkin kaki ikut mengucurkan darah, dan motor Rony ini sudah banyak ‘makan korban’. Nah, lho!

Bayangkan, di sekujur cover CVT nongol besi-besi runcing, belum lagi yang di ujung setang. Mekanik Rony sempat ‘memuncratkan darah’ akibat ketusuk ujung setang. "Paling stres saat lihat tukang cuci dan mekanik mendekati Vario ini," kelakar Rony.

Malah tukang cuci, kenang pengusaha bus AKAP ini, pernah tergores lantaran enggak sadar mengelap arm yang tajamnya sudah seperti pisau. Namun, Rony mengaku tak bermaksud menyulap Vario untuk melukai orang, tapi berkaitan dengan aktualisasi selera.

Makanya, beberapa posisi bagian luar baut di CVT ditutup dengan besi yang dibubut membentuk runcing. Kebetulan peralatan di rumah Rony cukup lengkap karena dia pengoleksi HD.

Bahan yang dipakai besi berbagai tipe dan ukuran. Lalu, beberapa tipe lempengan besi. "Umumnya ketebalan 7 mm, tapi setelah dibubut jadi 5 mm," jelas pria asal Mandailing, Sumatera Utara, ini.

Seusai proses bubut, bagian tadi kemudian dilapisi pernikel alias dikrom. Setelah itu, lanjut Rony, baru dipoles biar kinclong. Agar penggarapan tampak total sampai ke kolong, maka undur-undur atau engine mounting diberi gelang besi krom lantaran pipa bagian dalam lupa dikrom. Malah, dipasangi gelang, tampilan jadi sangar.

Lantaran tampilannya yang gahar dan beringas itulah, Rony lantas menamakannya Harley-Davidson Rockabilly.

Jangan Terlampau Sering Injak Pedal Rem Motor

Nining yang memiliki Honda Fit X sempat dibuat kesal. Bebeknya itu baru berusia 1,5 bulan, tetapi akinya sudah tekor. Maka, dibawalah ke bengkel resmi terdekat. Pihak bengkel pun agak heran. Namun, Si Ibu disuruh mengendarai motornya dan didapatlah jawabannya.

Kesalahan bukan pada motor, melainkan cara berkendara pemiliknya. Nining tanpa disadari telah menginjak pedal rem terus-menerus. Di sinilah sumber pemborosan aki. “Hal itu sangat mungkin terjadi karena listrik untuk lampu rem langsung dari aki lewat kunci kontak. Begitu kunci di (posisi) ON, itu langsung mengambil arus (listrik),” jelas Handi Hariko, Deputy Manager Service PT Astra Honda Motor.

Secara teknis, hal itu cukup masuk akal, walau lampu rem 12 volt 5 watt dan didukung aki 5 ampere. Adapun di Honda Tiger yang lampu utamanya 35 watt dengan aki 7 ampere dan terus menyala tidak masalah. "Kalau itu jelas karena perbedaan di kumparan atau sepul. Regulator atau kiprok Tiger lebih besar untuk pengisian aki," lanjut Handy yang berpesan, terlalu sering menginjak pedal rem bisa merusak komponen lain di antaranya hambatan atau soket kelistrikan yang pasti ikut panas.

Solusinya, selain mengubur kebiasaan injak pedal rem terus-menerus, termasuk juga di lampu lalu lintas, pedal rem harus disetel ulang saat servis. Mekanik atau pemilik mencocokkan lagi posisi kaki di pedal rem sebab ini berhubungan dengan kebiasaan dan setiap orang umumnya berbeda.

Trik lain, mengganti dengan lampu LED karena komponen ini hanya butuh listrik 1 watt. Selain itu, masa pakainya lebih panjang, bisa sampai sekitar 50.000 jam dan tampilannya lebih eye catching.

Aki bisa tekor tak hanya karena keseringan injak pedal rem. Mematikan mesin dengan engine cut-off karena tanpa disadari, posisi kunci masih di ON sehingga arus listrik terus mengalir ke lampu (kebetulan, saat jalan menggunakan lampu di siang hari).

Thursday, January 8, 2009

Honda Tiger Transformer from Cinere

Pemilik rumah modifikasi Dave Motor Concept (DMC) Wardoyo mengubah Honda Tiger milik Angga, warga Gandul, Cinere, Depok, bergaya robot seperti di film Transformer. Ciri kental sebagai sport cruiser lenyap setelah diubah ke gaya streetfighter berotot kekar.

Makanya, rombakan paling dominan, kata Wardoyo, ada pada batok lampu. Ia mengaku ubahannya itu hasil konsepnya sendiri. Jadi, rumah reflektor asli diganti milik Yamaha Mio Soul yang sedikit di-custom hingga mirip kepala robot. Trus, bagian luarnya diberi ornamen berbahan dasar pelat 0,8 mm.

Kesan robot berotot kekar ditonjolkan Wardoyo pada tangki. Ia memanfaatkan pelat besi untuk mengubah dimensi tangki yang dianggap sebagai badan robot, termasuk juga cover mesin.

Pada sisi kiri dan kanan sasis deltabox dipasang airscoop untuk mempertegas tangan robot yang berotot kawat tulang besi. “Itu semua dibikin dari pelat besi dan dipasang di luar sasis tubular asli agar handling tetap optimal,” bilang pemodifikasi yang mangkal di Jl Raya Depok No 15, Sawangan-Depok.

Sementara itu, kaki robot ikut dipoles jadi kekar. Caranya, suspensi depan standar diganti punya Suzuki GSX400 bermodel teleskopik. Sebagai penyeimbang, lengan ayun (swing arm) handmade khas DMC, jadi andalan setiap motor garapannya. “Lengan ayun yang saya bikin rata-rata memanfaatkan komponen asli lalu di-custom ulang pakai pelat besi. Soal modelnya, saya sering konsep sendiri lalu dipadu dengan masukan dari konsumen,” jelas Wardoyo.

Bagian perut dan pinggang robot diilustrasikan Wardoyo melalui tampilan jok depan hingga cover buritan. Tampilan tambah manis dengan penerapan silencer knalpot undertail.

DATA MODIFIKASI
Ban depan : Battlax BT45 110/70-17
Ban belakang : Battlax BT45 150/70-17
Monoshock : Suzuki Satria 120R
Footstep depan : Yoshimura
Footstep belakang : Yamaha Jupiter MX 135LC
Lampu rem dan sein : Variasi
DMC : (021) 77887954
0813-8057-1391

Hodge Hawk Tiga Roda dari Selandia Baru

Selandia Baru suatu negara yang tidak punya pabrik mobil sendiri. Makanya, untuk membuat sebuah konsep kendaraan kurang mendapat perhatian. Namun gambar yang dikirim Alex Hodge kepada situs Worldcarfans berupa kendaraan tiga roda (tricycle) dinilai sangat manis.

Karya Alex yang diberi nama Hodge Hawk itu mengombinasikan kekuatan yang kompak antara sepeda motor dan beberapa kepraktisan pada mobil. Paduan inilah yang sangat dibutuhkan untuk suatu kendaraan.

Tricycle mengusung mesin Honda RC51 V-Twin dengan kapasitas 999 cc. Tenaga 120dk dengan putaran maksimum 10.000 rpm dan digambarkan Alex, Si Tiga Roda ini mampu melesat sampai 233 km/jam sebagai kecepatan tertinggi.

Sayangnya, Alex tidak mengikuti perkembangan teknologi saat ini. Terutama berkaitan dengan soal lingkungan; seperti Peugeot yang juga sudah membuat kendaraan konsep tiga roda dengan mesin hybrid. Seharusnya, Hodge Hawk ini juga digerakkan oleh tenaga mesin bersistem hibrida.

Selain mesin, bobot kendaraan diklaim Alex sangat ringan lantaran bodi diselimuti bahan serat karbon dan plastik. Jika dilihat dari depan, tricycle tak ada bedanya dengan mobil yang lengkap dengan lampu utama dan kaca depan. Justru dari belakang baru tampak sepeda motornya

Kanzen Roadwin 200 Pendatang Baru di Kelas 200 CC

Pada JMS di JCC, awal Desember lalu, di stan Kanzen terpampang Roadwin 200, jenis motor sport yang serius digarap produsennya, PT Kanzen Motor Indonesia (KMI). Seusai pameran, Motor Plus dapat kesempatan menjajalnya di kawasan pabrik KMI di Karawang Timur, Jawa Barat.

Ini beda dengan Roadwin 125 dan Roadwin 150 yang pernah nongol dibawa langsung dari tanah kelahirannya di Korea Selatan, hasil bikinan Daelim Roadwin. Roadwin 200, KMI hanya memesan mesinnya. “Benar, ini permintaan kami setelah lihat teknologi 200 cc di Indonesia,” ungkap Iwa Adidharma, Chief Engineer Product Development Division KMI.

Kehadiran Roadwin 200 menambah ramai persaingan motor di kelas sport 200 cc yang sebelumnya dimulai oleh Honda Tiger diikuti kemudian Yamaha Scorpio. Setelah itu, masuk Kawasaki Ninja 250R, dan terakhir datang dari India, Bajaj Pulsar.

Tawaran teknologi pun kian beragam, termasuk juga soal harga yang berkisar mulai dari Rp 18 juta sampai Rp 50 juta-an. “Rencananya, kami akan jual enggak lebih dari Rp 20 juta. Bahkan kemungkinan akan dijual setara Mega Pro,” ungkap Lukas Masehi, Direktur PT IKM, Jakarta.

Selain kapasitas mesin, Roadwin 200 punya perbedaan teknologi dengan saudaranya Roadwin 125 cc dan 150 cc, yakni pada kepala silinder. Generasi 125 dan 150 mengaplikasi 4 klep dengan satu camshaft, sedangkan versi 200 cc cukup pakai 2 klep dengan satu noken as dan rocker arm yang dilengkapi bearing. Tujuannya untuk mengurangi beban gesekan, dan bensin lebih efisien.

Saat dicoba di seputar kompleks KMI, putaran mesin Roadwin 200 punya kecenderungan bermain di menengah ke atas. Ini karakter mesin murni sport touring, artinya enak diajak jalan jauh.

Hanya, kalau melesat di keramaian kota, butuh main kopling lantaran putaran mesin sulit mengail tenaga dengan cepat. Kendati begitu, ada keuntungan dari bodi Roadwin 200 ini. Pengendara yang mempunyai postur tinggi 165-an cm dan berat 60-an kg mudah sekali mengendalikannya. Lebih enteng dibandingkan Honda Tiger dan Yamaha Scorpio.

Persoalannya pada sistem kemudi. Setang jepit agak melebar dan lebih pas jika ditekuk ke dalam sehingga posisi tangan untuk manuver lebih mudah.

Basis bodi pun sebenarnya enggak berubah dari Roadwin 125 dan 150. Roadwin punya nuasa Cagiva Raptor dan Ducati Monster. Bodywork kekar dan garis desain tegas memperkuat karakter sport cc besar. Ini yang bikin bangga mengendarainya. Soalnya punya desain seperti motor Italia.

Sepeda Motor Listrik Honda E4-01 Diproduksi 2010

Pabrikan motor Honda Jepang, Honda Motor Company (HMC), bakal merampungkan proyek roda dua bertenaga listrik atau electric motorcycle (EM) pada 2010. Konsep ini sesuai dengan kampanye Honda demi lingkungan hidup yang sudah diteriakkan lima tahun silam.

Hal ini disampaikan oleh Presiden Direktur HMC Takeo Fukui yang dikutip salah satu situs web roda dua di dunia, pertengahan Desember lalu. “Motor listrik akan meredam zat berbahaya seperti C02. Tahap awal akan diproduksi motor listrik untuk kebutuhan jarak pendek. Dua tahun ke depan, jadwal penting untuk menduniakan motor listrik Honda,” ungkap Fukui.

Pada 3-4 tahun silam, Honda memang gencar memperkenalkan motor listrik. Ajang Tokyo Motor Show (TMS) dimanfaatkan sebagai kampanye EM. Ambil contoh Honda E4-01 mulai dipajang di TMS 2004 yang kemudian dikembangkan terus dari Honda Griffone dengan basis mesin 900 cc. Beratnya, di bawah 200 kg.

Ucapan Fukui bisa jadi maklumat yang kemungkinan berimbas ke Indonesia. Direktur Marketing PT Astra Honda Motor Johannes Loman belum memberi jawaban positif. “Kami belum bisa memastikan hal ini. Sepanjang teknologi itu (motor listrik) cocok untuk Indonesia, kami akan mempelajarinya,” tegas Loman.

Honda DN01 Bertransmisi Tiptronic

Honda DN01 2008 ini baru satu-satunya di Indonesia dan dipasarkannya pun tahun ini juga, tepat April lalu. Alexander Lunardi, sang pemilik kepincut memboyong moge bermesin 4-tak 680 cc bertransmisi otomatis ini, “Desain dan fitur yang disediakan sangat keren dan futuristik. Karena itulah saya boyong dari Jepang,” tegas Lunardi kepada Motor Plus.


Kehebatan dari motor ini, sistem transmisi bisa diubah manual yang diatur melalui tombol yang terletak di sebelah kanan setang. Kalau di mobil, mirip dengan Tiptronic. Sekalipun dalam kondisi sedang jalan, posisi transmisi yang otomatis bisa dipindahkan ke manual dan perpindahannya sangat smooth.

“Selain itu, di setang kiri masih ada tombol pengatur tipe transmisi. Mau drive normal atau sport. Kalau sport akselerasinya lebih cepat dan rpm agak tinggi,” beber pria berusia 60 tahun yang hobi turing ini.

Masih ada lagi, kehebatan teknologinya. Sistem suplai bahan bakarnya dikemas dengan teknologi PGM-FI (Programmable Fuel Injection) yang betul-betul mencirikan motor masa depan. Tenaga besar dan ramah lingkungan.

Saat mendaratkan pantat di atas jok, langsung terasa kesan cruiser. “Desain jok dan posisi kaki memang tipe cruiser banget, sehingga enak diajak jalan jauh,” papar Lunardi. Ditambah lagi, pijakan kaki besar dan lebar, memungkinkan biker pakai sepatu model apa saja merasa nyaman.

Begitu kunci kontak di posisi “ON”, langsung muncul beberapa indikator di laya dasbor. Itulah canggihnya, bangga Pak Lun (sapaan akrab Kunardi), pemilik jaringnan dealer Honda Bintang Motor ini. Selain data lengkap juga memberi kenyamanan dan keselamatan.

Ketika diberi kesempatan menjajal, sempat kaget lantaran bodi depan agak berat. Wajar, lantaran kapasitas tangki saja 15 liter. Dengan kapasitas mesin 680 cc, tenaga motor sangat menakjubkan, meski tanpa pengujian dengan vericom. Akselerasinya, mantap dan badan ketarik saat gas dibetot.

Rem mendadak, usah takut motor tergelincir karena sistem penghenti laju, baik depan maupun belakang sudah dilengkapi ABS (antilock braking system). Menariknya, selain tuas rem di kaki, yang di tangan kanan untuk pengereman ganda (bareng depan dan belakang.

Perihal warna, Honda DN01 punya beberapa alternatif, namun Lunardi tertarik dengan ungu bunglon. “ Sengaja pilih bunglon karena warnya bisa berubah-ubah tergantung sinar,” sebutnya. Satu lagi, motor ini ada rem parkir yang posisinya di sebelah kanan (tepat di atas footstep). “Berfungsi saat parkir di tanjakan atau turunan, motor nggak akan meluncur,” komentarnya.
User friendly dan safety.


DATA SPESIFIKASI
Mesin : 4-tak 8 valve SOHC 52° V-Twin
Bore x stroke : 81 mm x 66 mm
Kompresi : 10 : 1
Kapasitas : 680 cc
Tenaga : 45 dk/7.500 rpm
Ignition : Fully Transistorized Electronic
Transmisi :CVT HFT (Honda Friendly Transmision)
Wheel base : 1.610 mm
Tinggi : 712 mm
Ground clearance : 130 mm
Kapasitas tangki : 15 liter
Konsumsi BBM : 25 km/liter
Ban depan : Dunlop 130/70ZR17
Ban belakang : Dunlop 190/50ZR17
Sok depan : Telescopic 41 mm
Rem depan : 296x4 mm dual hydraulic 3 piston ABS
Rem belakang : 276x6 mm, 2 piston ABS
Berat kosong : 270 kg

Motor Trail Diablo 200X Hadir 2009

Bagi pebalap motokros (crosser) di Tanah Air kini punya tunggangan pilihan buat lomba, yakni Diablo 200X yang menjadi produk andalan dari PT Honlai Motor Indonesia (HMI), selaku Agen Tunggal Pemegang Merek di Indonesia. Rencananya akan beredar di pasaran pada 2009.

"Trail Diablo yang baru ini semakin kompetitif dengan spesifikasi baru. Akan lebih nyaman dipakai untuk adventure keluar-masuk hutan,” bilang Direktur Utama PT HMI Candra Sutandinata di kantornya di Jalan Imam Bonjol No 202, Semarang, Jawa Tengah.

Bobot motor penggaruk tanah ini lebih ringan 20 persen dari model sebelumnya. Menurut Candra, motor itu sudah menggunakan material logam yang lebih bagus. Jadi, meski ada pengurangan pada logam yang dipakai, kekuatannya tetap dan bahkan lebih baik.

Tak cuma itu, kerangka jadi lebih elastis karena materi karbon berkurang, sedangkan unsur mangan ditambah. “Sehingga menjadikan rangka tidak kaku lagi dan bobot maupun dimensi lebih mungil. Cocok dipakai untuk yang hobi adventure,” tambah Narno dari bagian marketing HMI.

Mengenai mesin, itu masih dipertahankan versi lama lantaran dinilai masih mumpuni. Hanya, ada penambahan speed up pada karburator membuat akselerasi lebih spontan dan lincah.

Menggunakan ban kombinasi diameter 19-16 membuat tampilan Diablo tidak terlalu tinggi, apalagi saat ber-adventure, kaki lebih banyak menginjak tanah. “Kalau terlalu tinggi, tentu menyulitkan dan bisa-bisa terjatuh. Sangat memudahkan bagi yang memiliki postur tubuh pendek,” tegas Narno.

Bagi yang penyuka trail, tetapi untuk dipakai di jalan raya, Diablo bisa diajak manuver di keramaian lalu lintas kota. PT HMI sudah memperhitungkannya dengan menyediakan lampu depan komplet berikut belakang, sein, spidometer digital, dan kaca spion. “Tinggal ganti ban jenis aspal sudah langsung jadi supermoto. Tidak perlu ubahan lain,” tegas Candra.

SPESIFIKASI TEKNIK
Ban depan : 70/100x19
Ban belakang : 90/100x16
Suspensi depan : Adjustable Rebound
Suspensi belakang : Adjustable Rebound and Height
Sein : Fleksibel
Bodi : + 100 kg
Tinggi jok : 870 mm
Tinggi dasar : 300 mm
PT HMI : (024)3585277, 3585255.

Komparasi Honda Tiger Vs Kanzen Roadwin 200 Vs Bajaj Pulsar 200

Bakal hadirnya Kanzen Roadwin 200 tentu akan menambah ramai persaingan jenis motor laki (motorsport) di kelas 200 cc. Sebelumnya, muncul lebih dulu Bajaj Pulsar 200 DTS-I dan Honda New Tiger Revolution.

Dari kebesaran nama, penguasaan pasar, dan tentu berkaitan dengan harga jual balik, jelas Tiger mengungguli kedua pesaingnya yang berasal dari negara berbeda, yakni Indonesia (Kanzen) dan India (Bajaj). Namun, dari segi fitur dan desain yang ditawarkan kepada konsumen, ketiganya mungkin bisa fight.

Untuk mengetahui lebih detail, Em-Plus melakukan komparasi terhadap ketiga motor yang punya range harga di atas Rp 15 juta. Artinya, mereka tidak dipandang sebagai daily use, namun sudah masuk lifestyle, aktivitas hobi, baik turing maupun sekadar image.

Tampilan keseluruhan
Konsep double down tube yang dipakai Kanzen lumayan mencuri perhatian, apalagi desain yang dia pilih cukup clean dan simpel. Lekukannya juga minimalis tanpa mengesampingkan kesan gahar di motor laki. Yang pasti, pilihan monoshock jadi keunggulan yang berdampak pada desain keseluruhan.

Honda lain lagi. Kesan futuristik khas cruiser Eropa lewat asimetris dan detail yang rapi jadi pertimbangan, apalagi motor ini ada dalam naungan pabrikan yang sudah melegenda di benak bikers Indonesia.

Sementara itu, Bajaj sebagai new comers, cukup berani dengan desain berasa Italia-nya. Buntut meruncing dengan desain lampu yang extraordinary jadi evaluasi tersendiri. “Tapi di soal streamline, Honda lebih terasa,” nilai Goy Gautama, dosen Seni Rupa ITB yang juga pengamat desain motor asal Bandung.

Fitur-fitur
Mungkin kita mulai dari bagian depan, yakni spidometer. Kemudahan penglihatan bagi pengendara menjadi tolok ukur. Bajaj Pulsar yang menganut sistem digital, baik untuk menunjuk kecepatan maupun odometer, dinilai paling canggih. Dengan teknologi itu, konsentrasi pengendara tetap terjaga.

Justru komparasi spidometer New Tiger Revo dan Roadwin 200 lebih menarik. Saat Honda menawarkan konsep berbeda seperti asimetris, Roadwin malah tampil dengan model spidometer Tiger lama.

Ya! Dengan konsep panel dasar putih, bentuk dan model indikatornya pun tidak jauh beda. Mungkinkah seharusnya Roadwin sedikit lebih canggih? Mengingat konsep desain bodi dan sasis yang ditawarkan layaknya streetbike ala Italia.

Apa lagi keunggulan lain yang dimiliki Bajaj? Motor India ini dilengkapi sistem pendinginan. Meski sebatas pada oil cooler, bukan radiator. Dengan begitu, gejala mesin terlalu panas pun bisa diredam. Mutu oli juga tetap terjaga akibat sirkulasi yang dilakukan lewat oil cooler itu, sementara di Honda New Tiger Revolution dan Kanzen Roadwin 200 tetap mengaplikasi pendingin udara.

Untuk urusan kenyamanan saat berkendara, Kanzen Roadwin 200 menawarkan konsep monoshock, sedangkan dua kompetitornya tetap bertahan dengan gaya dual atau dua shock belakang.

Untuk soal fungsi, kemampuan atau kestabilan, shock dua juga enggak kalah hebat sih. Sebab, dari Honda New Tiger Revolution dan Bajaj Pulsar 200 juga menawarkan peredam kejut yang dilengkapi dengan fitur gas. So, empuk dong!

Kalau bicara estetika tentu lain lagi. Virus atau tren motor modern adalah clean and simple, apalagi untuk yang bergaya sporty seperti yang ditawarkan ketiganya. Di sini gaya monoshock tentu lebih dilirik dan up-to-date. Di soal ini, Kanzen boleh bangga!

Lampu Tiger unggul
Buat penerangan di lampu belakang, nampaknya Kanzen kudu mengalah dengan Tiger dan Pulsar. Itu karena kedua kompetitor mengaplikasi model LED. Selain daya pancar cahaya lebih terang, model tersebut juga lebih hemat arus listrik.

Soal bentuk, desain lampu yang ditawarkan Pulsar dan Tiger enggak kalah menarik. Dengan mika putih, lampu belakang Bajaj terlihat futuristik. Begitu juga dengan New Tiger yang membedakan antara mika lampu rem dan lampu malam. Jadi, lebih mudah dicermati pengendara di belakang. Ngomong soal Lampu, desain Tiger berani tampil beda lewat konsep asimetrisnya.