Friday, March 7, 2008

Rahasi Kesaktian Ducati = Seni Bukan Statistik

Dalam spesifikasi performa Ducati selalu dibawah fantastik 4 jepang

Coba kita bandingkan performa Ducati Superbike 999R (150 bhp) dengan Yamaha R1 SP (187 bhp)ataupun yang lebih familiar di telinga kita yaitu “ternyata” performa Desmosedici Gp 7 hanya (210 bhp) dibandingkan dengan YZF M1 (220 bhp) ataupun Honda RC212 (225 bhp). Didalam statisitik terlihat jelas bahwa tenaga maksimum motor buatan Bologna ini selalu berada di bawah motor fantastik 4 jepang.

Lalu mengapa Ducati bisa Superior di lintasan balap?

Ini yang menarik, dan kadang baru bisa dipahami setelah merasakan pengendalian motor Ducati saat berada di tikungan. Dengan prisip fast in fast out maka di sinilah keunggulan motor buatan ducati dibanding motor jepang. Karena dasar racangan motor yang berbentuk ramping serta sentral grafitasi motor yang tepat berada di tengah maka kesetabilan motor di tikungan serta penyaluran tenaga mesin keroda selalu tersedia melipah untuk disalurkan keroda belakang pada saat di butuhkan. Berbeda dengan motor jepang dimana meski memiliki tenaga melimpah namun kadang sering terbuang percuma akibat penyaluran tenaga mesin berlebihan yang kadang justru membuat pengendara kehilangan momentum di tikungan. Sebagai catatan : sering kita terpana melihat performa tenaga motor di lintasan lurus, namun pada balapan justu saat ditikunganlah motor paling banyak menghabiskan waktunya. Karena itulah mengapa meski di dalam brosur spesifikas performa ducati selalu dibawah fantastik 4 jepang namun saat di sirkuit Ducati justru lebih unggul dibanding pesaingnya asal jepang.

Teknologi Sasis “Jadul” dan Mesin “Kasar” tapi Hebat.

Kontras dengan fantastic 4 jepang yang mengandalkan sasis allumunium alloy berbentuk deltabox berstruktur honeycomb (sarang lebah seperti frame pada pesawat tempur) Ducati justru setia menggunakan sasis twin tube trelis, yaitu rankaian pipa besi yang dilas hingga berbentuk sasis. Meski lebih berat sasis seperti ini lebih memiliki rigiditas serta lebih mudah untuk diperbaiki dibanding sasis canggih yang fantastik 4 jepang.

Serupa dengan sasis, mesin Desmo L twin Ducati bersuara kasar dan memiliki viberasi yang lebih besar dibanding mesin inline 4 mapun V-4 Jepang. Namun disinilah kuncinya, karena pengendara yang telah terbiasa menggunakan mesin Desmo L twin tersebut akan mengetahui kapan saatnya mengoper gigi dan melakukan buka tutup gas tanpa perlu terpaku pada putaran mesin. Karena seperti menjadi ciri khas produk Italy pada umumnya semisal Ferarri, setiap motor Ducati memiliki karakteristik yang berbeda antara satu mesin dengan mesin lainya. Sehingga bila pengendara telah memahami dengan benar karakteristik mesin Desmo L twinya sangat pasti ia akan mampu memaksimalkan performa motornya tanpa ragu lagi. So, jangan terlalu termakan spek mesin dan statistik ok !

No comments: