Penggunaan mesin Sonic Lawas pada Honda CS One Gress di mata konsumen masih dianggap kontroversial. Karena banyak juga yang menganggap AHM malas melakukan inovasi maupun trobosan teknologi dan hanya mengandalkan mesin lawas untuk mengurangi biaya produksi. Tetapi di belahan bumi lain hal tersebut justru bisa dibilang wajar. Tetapi ingat penggunaan mesin lawas untuk varian motor baru, bukan berarti motor baru tersebut hanya melakukan penggantian casing seperti halnya yang dilakukan AHM pada Tiger Revo. Tetapi motor tersebut memang betul betul gress, hanya saja menggunakan varian mesin yang sudah pernah dipakai oleh produk sebelumnya. Sama seperti yang dilakukan oleh AHM pada CS one. Hubungan antara Mesin dengan Motor sendiri sebenarnya banyak yang lebih rumit dari itu contohnya adalah : …
1. Satu Mesin Beberapa Varian
Ini umumnya dilakukan oleh pabrikan eropa seperti Ducati. Seperti juga Honda yang menggunakan mesin Sonic pada CS1 alias satu mesin digunakan oleh dua varian, ducati juga melakukan hal yang serupa. Mesin 1000 DS alias mesin Dual Spark L twin 1000cc berpendingin oli digunakan tidak saja oleh varian Multistrada, namun juga digunakan oleh varian Monster S2R, GT1000 Classic, Supersport hingga Hypermotard. Artinya yang dilakukan oleh Ducati terbilang lebih ekstrim dibanding yang dilakukan oleh Honda karena ducati menggunakan 1 mesin untuk 6 varian!
2. Beberapa Tipe Mesin untuk satu Varian
Uniknya hal yang sebaliknya dilakukan juga oleh Ducati, yaitu untuk satu varian menggunakan beberapa mesin sekaligus! Sebagai contoh adalah yang terjadi pada Ducati Monster. Untuk varian Monster 620ie menggunakan mesin L Twin 620cc berpendingin udara. Tetapi untuk mesin berkapasitas 750cc Monster menggunakan mesin L Twin 750cc berpendingin oli. Untuk varian monster berkapasitas 1000cc justru lebih rumit lagi karena memilki empat varian dengan empat jenis mesin yang berbeda contohnya adalah :
- Monster S4 1000 - L Twin 916cc liquid cooled (Superbike 916)
- Monster S2R - L Twin 992cc berpendingin oli (Multistrada, SS1000, GT1000)
- Monster S4R - L Twin 996cc Liquid cooled (Superbike 996)
- Monster S4RS - L Twin 999cc Liquid cooled (Superbike 999)
Artinya untuk sebuah varian Monster saja Ducati menggunakan lebih dari 5 jenis mesin. Dan umumnya mesin tersebut digunakan oleh motor dari kelas yang berbeda. Tetapi penggunaan mesin tersebut tidak sesimpel melakukan penggantian ban, namun meski basis mesinya sama, tetapi telah dilakukan proses de- tunned artinya mesin tersebut mengalami proses seting ulang. Contohnya pada mesin Monster S4RS, meski mesin S4RS sama persis dengan Superbike 999 tetapi karakter kedua mesin tersebut jauh berbeda. Bila pada 999 torsi maksimum berada pada Rpm tinggi, pada S4RS torsi tertinggi justru dicapai pada putaran menengah. Hal ini didasari karena S4RS bukan merupakan motor sport, tetapi motor street fighter alias motor jalanan. Kesimpulan yang bisa diambil adalah meski di klaim (menggunakan mesin yang sama) namun karakter mesin tentu saja berbeda, apalagi bila mesin tersebut di gunakan oleh motor dari kelas yang berbeda
3.Satu Mesin untuk beberapa Merk Motor ? Wah !
Hal seperti ini paling sering dilakukan oleh Suzuki. Salah satu contohnya adalah penggunaan mesin V-2 RGV 250 Gamma pada Aprilia RS 250. Hal tersebut berlanjut hingga kini. Sebagai contoh adalah penggunaan mesin berbasis mesin Suzuki SV 650. Mesin ini juga digunakan oleh Cagiva Raptor 650, V-Raptor 650 dan Hyosung GT 650. Sedangkan untuk motor berkapasitas 1000cc mesin Suzuki TL 1000 digunakan juga oleh Cagiva sebagai mesin Raptor 1000 dan V-Raptor 1000.
Jadi jangan heran bila karakter antara Cagiva Raptor 1000 dengan TL 1000 agak sedikit mirip, meski kedua motor tersebut berasal dari brand yang berbeda. Agakanya hal yang dilakukan oleh Suzuki ini akan terus berlanjut dan bukan tidak mungkin akan ditiru oleh pabrikan lainya.
Tidak Cuma Menghemat Biaya Lho !
Jika banyak pihak menuding penggunaan satu mesin untuk beberapa varian ataupun satu mesin untuk beberapa merk motor adalah upaya untuk menghemat ongkos produksi, hal tersebut benar adanya. Namun hal tersebut tidak melulu dilakukan pabrikan sekedar untuk meraup keuntungan sebanyak banyaknya. Tetapi dengan melakukan hal tersebut banyak keuntungan lain yang bisa diraih. Keuntungan tersebut antara lain.
- Pabrikan Bisa Berkonsentrasi Mengembangkan Sasis. Pemahaman Sasis disini bukan hanya rangka namun termasuk juga suspensi dan lengan ayun. Karena untuk memaksimalkan performa motor tidak saja hanya mengandalkan kekuatan mesin semata, namun settingan suspensi, jarak-posisi lengan ayun juga menentukan pengendalian motor. Dengan demikian pabrikan bisa dengan mudah melakukan seting pada rangka apabika mereka sudah memahami karakter mesin yang akan digunakan pada motor tersebut.
- Memudahkan Konsumen. Hal ini akan bermanfaat terutama bagi konsumen yang menggunakan motor dari merk yang sama. Ambil contoh pengendara Sonic yang akan beralih kepada Honda CS 1. Motor dengan pengalamanya diatas Sonic sedikit banyak ia akan lebih mudah menguasai CS 1 untuk kemudian memaksimalkan performa CS 1. Meski hal yang kedua tidak disarankan untuk dilakukan di jalan umum.
- Mendukung After Sales Service. Mesin sama dengan produk sebelumnya. Artinya suku cadang motor tersebut akan lebih mudah ditemui di pasaran, plus teknisi pun tidak akan kesulitan untuk memperbaiki motor tersebut bila mana motor tersebut mengalami kerusakan. Terkesan sepele memang, namun manfaatnya akan terasa saat motor tersebut mengalami masalah
No comments:
Post a Comment